Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun. Telah berpulang ke rahmatullah pada hari Senin 28 Desember 2020 jam 11.05 istri tercinta Rachmayani Lestari alias Yani pada usia +/- 47 tahun (lahir 29 September 1973) di RS Hermina Daan Mogot dan dimakamkan di TPU Tegal Alur Jakarta Barat.
Kami berumahtangga lebih kurang 15 tahun 10 bulan 8 hari (menikah tanggal 20 Februari 2005). Kenalnya pertama kali pada hari Jum'at di kantor Kas Daerah Jakarta Barat di kawasan Kota Tua, dia datang menjemput sepupunya (mbak Nur) sementara sy baru pulang baru pulang dari Balaikota setelah berkoordinasi dengan Biro Keuangan. Pada hari Jum'at sore itu jadwal untuk main badminton bersama Bp. Kardjo Karmasasmita (Kepala Kasda Jakbar) dan teman-teman kantor. Sesampai di kantor, saya langsung ke ruangan (saya punya ruang sendiri lho penonton..) untuk ngadem dari panasnya cuaca Jakarta.
Setelah ngadem lebih kurang 15 menit, saya keluar dari ruangan kemudian duduk di loket penerimaan sambil baca koran. Saya belum memperhatikan situasi sekitar, walaupun sekilas saya melihat seorang "bidadari" yang duduk di depan ruang kerja Kepala Kasda sampai mbak Nur datang dan duduk disebelah saya dan berkata "Qih, kamu mo kenal gak saudara saya" Koran saya turunkan dan menoleh sambil bertanya "Orangnya yang mana Bu?"
Mbak Nur kemudian menunjuk ke arah "bidadari" itu. Saya terkesiap juga dan ngomong ke mbak Nur "Mbak tolong kenalin dong.." Dijawab oleh mbak Nur "Kamu sendiri dong, masak ceweknya yang duluan.."
Dengan langkah berani malu, saya pun mendatangi dia, diiringi suara suitan dari teman-teman yang rupanya memperhatikan momen ini. Alhamdulillah perkenalan saya diterima dan namanya Yani. Itu momen pertama kami kenal dan selanjutnya hubungan kami berlanjut walaupun sempat putus nyambung tetapi akhirnya berakhir di depan penghulu dan menikahlah kami pada tanggal 20 Februari 2005 bertempat di Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan dan kami dikarunia Allah SWT seorang anak lelaki yang lahir tanggal 18 Juli 2006 bernama Muhammad Rifqi Fatahillah yang sekarang duduk di kelas 9 SMP 111.
Berikut beberapa foto kami
Setelah mengarungi bahtera rumah tangga selama +/- 15 tahun dengan berbagai sukadukanya, Allah SWT sang Maha Pencipta berkehendak menarik kembali mahluk-Nya dan berlakulah kehendak-Nya yang didahului dengan Yani sakitnya Yani beberapa hari kemudian dirawat di sebuag klinik dekat rumah. Dokter di klinik menyebut Yani terkena typhus yang kemudian sembuh, kemudian disusul dengan penyakit Pneumonia dan klinik itu kemudian menyarankan ke rumah sakit yang lebih lengkap.
Rupanya mencari rumah sakit di tengah wabah covid-19 tidaklah mudah. Saya dan istri awalnya ke RS swasta yang ada di Jl. Cileduk Raya, penuh. Kami pun berdua menuju ke Bintaro. Dari 3 rumah sakit yang kami datangi di sana termasuk RS Premier Bintaro semua menyatakan penuh. Sebagai ASN Pemda DKI, saya coba ke RSUD Pasar Minggu. Dokter di sana menanyakan surat keterangan terkena wabah covid-19 dari institusi kesehatan. Karena tidak punya saya coba pejabat di RSUD Oasar Minggu, tapi karena sudah larut malam telepon saya gak diangkat, akhirnya saya whatsApp ke beliau menjelaskan situasi yang saya hadapi, Saya dan istri kemudian memutuskan untuk pulang ke rumah dan akan mencari keesokan harinya.
Eh jam 02.00 istri membangunkan saya dan menyatakan sesak nafas dan mint segera ke rumah sakit mana aja. Malam itu juga kami berdua kemudian meluncur ke Bintaro, dan alhamdulillah istri bisa dirawat sementara - karena penuh juga - di RSPI Bintaro sambil saya terus mencari rumah sakit yang bisa menerima istri.
Setelah dirawat sementara di RSPI Bintaro selama +/- 3 hari (klo gak salah ingat) istri akhirnya bisa dirawat inap RS Hermina Daan Mogot atas jasa Dr. Berry, Sp.A (tetangga ibu di Kebon Jeruk) walaupun RSUD Pasar Minggu juga akhirnya siap menerima karena sudah ada surat keterangan covid dari RSPI Bintaro. Dan akhirnya di RS. Hermina inilah Yani istri tercinta menghembuskan nafas terakhirnya.
Selamat jalan Ma, walau kini kita berpisah suatu saat nanti kita kan bersama lagi...
Komentar
Posting Komentar