Calon peserta aksi 22 Mei diamankan karena diduga membawa bom molotov. Siapakah Molotov?
Vyacheslav Molotov, Menteri Luar Negeri Uni Soviet.
Polda Jawa Timur mengamankan tiga mini bus yang membawa rombongan yang diduga akan mengikuti aksi 22 Mei di Jakarta. Saat diperiksa di mobil itu ditemukan cairan dan botol yang diduga bom molotov.
“Ada empat botol. Ada satu kotak lain, belum kami lihat. Barang itu tadi, kalau saya lihat, botol yang berbau minyak tanah, semacam bom molotov, kita akan dalami ini,” kata Irjen Pol. Luki Hermawan, Kapolda Jawa Timur, dikutip kumparan.com.
Dengan membawa bom molotov, rasanya people power itu akan jauh dari aksi damai.
Bagaimana sejarah bom molotov dan siapa Molotov?
Bom molotov diciptakan orang-orang Finlandia untuk mengejek Vyacheslav Molotov, Menteri Luar Negeri Uni Soviet.
Di rbth.com, Oleg Yegorov menulis selama Perang Musim Dingin 1939-1940, Finlandia menggunakan bom bensin untuk membakar tank dan truk Uni Soviet. Botol itu diisi dengan campuran etanol, tar, dan bensin, dan dijuluki bom molotov. Itu adalah “minuman untuk makanan” karena Molotov biasa menyatakan bahwa Uni Soviet menjatuhkan makanan di Finlandia. Sehingga bom yang dijatuhkan di Finlandia secara ironis disebut “keranjang roti Molotov”.
Perang Uni Soviet-Jerman
Molotov kemudian berperan dalam perjanjian tak saling serang dengan Jerman. Dia menandatangani pakta non-agresi itu dengan Menteri Luar Negeri Jerman, Joachim von Ribbentrop, pada 23 Agustus 1939.
Namun, perjanjian itu, menurut Michael H. Hart, sebenarnya merupakan aliansi ofensif di mana kedua diktator (Stalin dan Hitler) bersepakat membagi Polandia di antara mereka.
“Sembilan hari kemudian (dari perjanjian non-agresi), Jerman menyerang Polandia dan 16 hari setelah itu, Uni Soviet melakukan hal serupa. Walau Inggris dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman, Polandia dengan cepat ditaklukkan,” tulis Hart.
Hart terus terang merasa muak menempatkan Adolf Hitler pada urutan ke-39 dalam bukunya, 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah. “Tapi, kita tidak bisa menghindari fakta bahwa Hitler memiliki pengaruh sangat besar terhadap kehidupan begitu banyak orang,” tulis Hart. Dan pengaruhnya dalam sejarah adalah mengakibatkan kematian sekitar 35 juta orang. Termasuk jutaan rakyat Uni Soviet.
Pada 22 Juni 1941, Hitler melanggar pakta non-agresi dengan melancarkan Operasi Barbaross (Janggut Merah) terhadap Uni Soviet.
“Meskipun Uni Soviet menaati isi pakta, Hitler secara rahasia mengadakan persiapan invasi. Hitler mengincar negara itu karena baginya Uni Soviet merupakan ruang hidup atau lebenstraum Jerman di masa mendatang,” demikian disebut dalam Speeches That Changed the World.
Pada pukul 03.00 dini hari, tiga setengah juta tentara Jerman, Rumania, Finlandia, dan negara-negara poros (pendukung Jerman, baik sukarela maupun dipaksa) berbondong-bondong menyeberangi perbatasan Uni Soviet. Hanya pada satu malam pertama, Uni Soviet kehilangan satu juta nyawa.
Baca juga: Stalin: Masa Muda Kamerad Koba
Ketika invasi itu terjadi, Stalin justru menghilang dan membiarkan Molotov tampil menggalang semangat bangsa Uni Soviet melalui pidato yang disiarkan di radio.
Dalam pidatonya, Molotov menyebut serangan mendadak Jerman merupakan pengkhianatan terbesar dalam sejarah bangsa-bangsa beradab. Perang ini telah dipaksakan oleh sekelompok penguasa fasis Jerman yang haus darah.
Menariknya, Molotov seakan meramalkan bahwa Hitler akan mengulangi kekalahan Napoleon Bonaparte. “Hal yang sama (kekalahan) akan dialami Hitler, yang bertolak dari kesombongannya telah mengobarkan perang terhadap negara kami.”
Benar saja. Setelah bertahan mati-matian di Stalingrad (kini Volgograd), kota industri di selatan Uni Soviet, Jerman menyerah pada 2 Februari 1943. Setelah itu, Jerman masih terus melakukan perlawanan sampai menyerah pada 1945.
Baca juga: Uni Soviet Kalahkan Jerman di Stalingrad
Palu Jadi Bom
Molotov lahir pada 9 Maret 1890 di Kukarka (kini Sovetsk), Rusia, dengan nama Vyacheclav Skryabin. Nama keluarganya, Skryabin punya pertalian darah dengan komposer terkemuka Uni Soviet, Alexander Skryabin. Sejak akif dalam gerakan Bolshevik di tahun 1906, dia menggunakan nama samaran Molotov; molot dalam Bahasa Rusia berarti "palu".
Molotov sempat ditahan dan diasingkan selama dua tahun di wilayah utara Uni Soviet. Sekembalinya dari pengasingan, dia bergabung denganPravda, koran milik Bolshevik. Di sana dia bertemu Stalin dan menjadi sekretaris dewan redaksi. Dia kemudian menjadi anggota komite revolusioner militer yang merencanakan perebutan kekuasaan dalam Revolusi Bolshevik 1917.
Pada 1926, Molotov menjadi anggota penuh Politbiro Partai Komunis Uni Soviet dan selama 1928-1930 dia membantu memberesihkan partai dari orang-orang anti-Stalin. Dia menjabat Menteri Luar Negeri dua periode: 1939-1949 dan 1953-1956.
Karier politik Molotov meredup setelah bertikai dengan Perdana Menteri Nikita Khrushchev pada 1957. Jabatan-jabatannya di partai dan pemerintahan dicopot. Dia disingkirkan dari Comite Central Partai Komunis Uni Soviet. Dia sempat ditugaskan sebagai duta besar di Mongolia dan utusan pada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina.
Molotov sempat dipecat sebagai anggota partai pada 1962, namun kemudian dipulihkan pada 1984. Dia meninggal pada 8 November 1986.
Molotov dikenal di seluruh dunia karena menjadi nama bom sederhana yang awalnya dibuat untuk mengejeknya. Molotov pun dari "palu" menjadi "bom".
sumber: https://historia.id/militer/articles/bom-molotov
Komentar
Posting Komentar