Allah SWT Melihat Hatimu
Pada suatu hari, Hasan Al-Basri pergi mengunjungi Habib Ajmi, seorang
sufi besar lain. Pada waktu salatnya, Hasan mendengar Ajmi banyak
melafalkan bacaan salatnya dengan keliru. Oleh karena itu, Hasan
memutuskan untuk tidak salat berjamaah dengannya. Ia menganggap kurang
pantaslah bagi dirinya untuk salat bersama orang yang tak boleh
mengucapkan bacaan salat dengan benar.
Di malam harinya, Hasan Al-Basri bermimpi. Ia mendengar Tuhan
berbicara kepadanya, “Hasan, jika saja kau berdiri di belakang Habib
Ajmi dan menunaikan salatmu, kau akan memperoleh keridaan-Ku, dan salat
kamu itu akan memberimu manfaat yang jauh lebih besar daripada seluruh
salat dalam hidupmu. Kau mencoba mencari kesalahan dalam bacaan
salatnya, tapi kau tak melihat kemurnian dan kesucian hatinya.
Ketahuilah, Aku lebih menyukai hati yang tulus daripada pengucapan
tajwid yang sempurna.
Kunci Zuhud
Karenanya, hatiku tenang
Aku tahu,amal-amalku tak mungkin dilakukan orang lain
Maka aku sibukkan diriku untuk beramal
Aku tahu, Allah selalu melihatku
Karenanya, aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat
Aku tahu, kematian menantiku
Maka aku persiapkan bekal untuk berjumpa dengan Rabbku.
Umpatan
Seseorang datang menemui Syekh al-Hasan. Dia bercerita bahwa dirinya
baru saja diumpat oleh si Fulan. Syekh al-Hasan justru menyuruh orang
tersebut untuk kembali menemui si Fulan.
“Ingat, kata ulama, orang yang suka mengumpat memasang senjata untuk
melemparkan kebaikannya ke barat dan timur, serta ke kanan dan ke kiri,”
kata Syekh al-Hasan.
Orang tadi lantas menuruti nasihat Syekh al-Hasan. Dia tak sekadar
menemui tapi juga membawakan sebakul kurma rutab. Sembari menyerahkan
sebakul kurma yang dibawanya, ia berkata dengan tenang: “Aku mendengar
kabar bahwa engkau telah menghadiahkan kebaikanmu kepadaku. Maka
terimalah kirimanku sebagai ucapan terimakasih.”
Apa lagi sebenarnya yang dikatakan Syekh al-Hasan hingga lelaki yang
diumpat itu bisa sebaik demikian pada orang mengumpatnya? Ternyata,
Syekh al-Hasan –seperti dikisahkan oleh al-Ghazali—mengutipkan satu
nasehat yang pernah didengarnya dari Syekh Ibn Mubarak.
Bunyinya pendek sekali: “Jika aku suka mengumpat, tentu aku mengumpat ibuku, sebab ibuku berhak menerima kebaikanku.”
Hasan al-Basri (semoga Allah memberkatinya) adalah seorang imam yang
terkenal dan di masanya, hidup Habib al-‘Ajami (semoga Allah mensucikan
jiwanya). Beliau bukan seorang Arab, tapi dari Persia atau Bukhara, dan
(beliau) buta huruf.
Suatu ketika Habib al-‘Ajami sedang duduk di depan khaniqahnya
(pondokan untuk berdzikir), tiba-tiba Hasan al-Basri datang dengan
tergopoh-gopoh. “Oh Habib, sembunyikan aku karena Hajjaj, wakil
gubernur, mengutus tentaranya untuk menangkapku. Sembunyikan aku!” kata
Hasan al Basri. Dan Habib membalas “Masuklah ke dalam dan
bersembunyilah.” Hasan masuk ke dalam dan menemukan sebuah tempat untuk
bersembunyi. Beberapa saat kemudian, beberapa tentara menghampiri Habib,
“Apakah anda melihat Hasan al-Basri?”
“Ya, Aku melihatnya di dalam. Dia ada di dalam.”
Mereka masuk ke dalam dan melihat ke sekeliling, melihat ke segala
arah, bahkan menyentuh kepala Hasan al-Basri, dan beliau melihat mereka
dengan ketakutan. Kemudian pasukan itu keluar, dan berkata kepada
Habib,”Apa sekarang anda tidak malu (karena) anda telah berdusta. Di
mana dia? Hajjaj akan berurusan dengan orang yang bekerja sama dengan
Hasan al-Basri, dan itu cocok dengan anda. Anda berkata bahwa dia berada
di dalam, apakah anda tidak malu telah berdusta!”
“Di dalam, Aku tidak berdusta. Dia di dalam.”
Sekali lagi, mereka masuk. Lalu, dengan sangat marah, mereka pergi.
Kemudian Hasan al-Basri keluar. “Oh, Syaikh, apa ini? Aku datang
kapadamu, memintamu untuk menjagaku dan engkau mengatakan kepada tentara
bahwa aku berada di dalam.” “Ya Hasan, ya Imam, najawt min
sidqi-l-kalaam –engkau diselamatkan oleh kebenaranku! Aku mengatakan
kebenaran dan Allah melindungimu karena aku berkata dengan jujur. Aku
berkata, “Wahai Tuhanku, ini adalah Hasan al-Basri, hamba-Mu, dia datang
meminta pertolonganku, berkata, ‘Sembunyikan aku, jagalah aku!’ Aku
tidak bisa melindunginya. Aku mempercayakan dia kepada-Mu, menyerahkan
dia kepada-Mu sebagai amanat dariku. Engkau melindunginya.’ Aku hanya
mengatakan hal itu dan membaca Ayat al-Kursi.”
Karena itulah para tentara tiada pun dapat melihatnya.
sumber: https://darisrajih.wordpress.com/2008/03/06/oh-syaikh-apa-ini/
Komentar
Posting Komentar