Kisah2 Hasan Al Bashri


Allah SWT Melihat Hatimu 

Pada suatu hari, Hasan Al-Basri pergi mengunjungi Habib Ajmi, seorang sufi besar lain. Pada waktu salatnya, Hasan mendengar Ajmi banyak melafalkan bacaan salatnya dengan keliru. Oleh karena itu, Hasan memutuskan untuk tidak salat berjamaah dengannya. Ia menganggap kurang pantaslah bagi dirinya untuk salat bersama orang yang tak boleh mengucapkan bacaan salat dengan benar. 

Di malam harinya, Hasan Al-Basri bermimpi. Ia mendengar Tuhan berbicara kepadanya, “Hasan, jika saja kau berdiri di belakang Habib Ajmi dan menunaikan salatmu, kau akan memperoleh keridaan-Ku, dan salat kamu itu akan memberimu manfaat yang jauh lebih besar daripada seluruh salat dalam hidupmu. Kau mencoba mencari kesalahan dalam bacaan salatnya, tapi kau tak melihat kemurnian dan kesucian hatinya. Ketahuilah, Aku lebih menyukai hati yang tulus daripada pengucapan tajwid yang sempurna.

 Kunci Zuhud 
 
Aku tahu , rizkiku tak mungkin diambil orang lain
Karenanya, hatiku tenang 


Aku tahu,amal-amalku tak mungkin dilakukan orang lain
Maka aku sibukkan diriku untuk beramal 


Aku tahu, Allah selalu melihatku
Karenanya, aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat 


Aku tahu, kematian menantiku
Maka aku persiapkan bekal untuk berjumpa dengan Rabbku. 


Umpatan

Seseorang datang menemui Syekh al-Hasan. Dia bercerita bahwa dirinya baru saja diumpat oleh si Fulan. Syekh al-Hasan justru menyuruh orang tersebut untuk kembali menemui si Fulan. 

“Ingat, kata ulama, orang yang suka mengumpat memasang senjata untuk melemparkan kebaikannya ke barat dan timur, serta ke kanan dan ke kiri,” kata Syekh al-Hasan.
 
Orang tadi lantas menuruti nasihat Syekh al-Hasan. Dia tak sekadar menemui tapi juga membawakan sebakul kurma rutab. Sembari menyerahkan sebakul kurma yang dibawanya, ia berkata dengan tenang: “Aku mendengar kabar bahwa engkau telah menghadiahkan kebaikanmu kepadaku. Maka terimalah kirimanku sebagai ucapan terimakasih.” 

Apa lagi sebenarnya yang dikatakan Syekh al-Hasan hingga lelaki yang diumpat itu bisa sebaik demikian pada orang mengumpatnya? Ternyata, Syekh al-Hasan –seperti dikisahkan oleh al-Ghazali—mengutipkan satu nasehat yang pernah didengarnya dari Syekh Ibn Mubarak. 

Bunyinya pendek sekali: “Jika aku suka mengumpat, tentu aku mengumpat ibuku, sebab ibuku berhak menerima kebaikanku.”

Oh  Syaikh Apa Ini?

Hasan al-Basri (semoga Allah memberkatinya) adalah seorang imam yang terkenal dan di masanya, hidup Habib al-‘Ajami (semoga Allah mensucikan jiwanya). Beliau bukan seorang Arab, tapi dari Persia atau Bukhara, dan (beliau) buta huruf. 

Suatu ketika Habib al-‘Ajami sedang duduk di depan khaniqahnya (pondokan untuk berdzikir), tiba-tiba Hasan al-Basri datang dengan tergopoh-gopoh. “Oh Habib, sembunyikan aku karena Hajjaj, wakil gubernur, mengutus tentaranya untuk menangkapku. Sembunyikan aku!” kata Hasan al Basri. Dan Habib membalas “Masuklah ke dalam dan bersembunyilah.” Hasan masuk ke dalam dan menemukan sebuah tempat untuk bersembunyi. Beberapa saat kemudian, beberapa tentara menghampiri Habib, “Apakah anda melihat Hasan al-Basri?”

“Ya, Aku melihatnya di dalam. Dia ada di dalam.”

Mereka masuk ke dalam dan melihat ke sekeliling, melihat ke segala arah, bahkan menyentuh kepala Hasan al-Basri, dan beliau melihat mereka dengan ketakutan. Kemudian pasukan itu keluar, dan berkata kepada Habib,”Apa sekarang anda tidak malu (karena) anda telah berdusta. Di mana dia? Hajjaj akan berurusan dengan orang yang bekerja sama dengan Hasan al-Basri, dan itu cocok dengan anda. Anda berkata bahwa dia berada di dalam, apakah anda tidak malu telah berdusta!”

“Di dalam, Aku tidak berdusta. Dia di dalam.”
 
Sekali lagi, mereka masuk. Lalu, dengan sangat marah, mereka pergi. Kemudian Hasan al-Basri keluar. “Oh, Syaikh, apa ini? Aku datang kapadamu, memintamu untuk menjagaku dan engkau mengatakan kepada tentara bahwa aku berada di dalam.” “Ya Hasan, ya Imam, najawt min sidqi-l-kalaam –engkau diselamatkan oleh kebenaranku! Aku mengatakan kebenaran dan Allah melindungimu karena aku berkata dengan jujur. Aku berkata, “Wahai Tuhanku, ini adalah Hasan al-Basri, hamba-Mu, dia datang meminta pertolonganku, berkata, ‘Sembunyikan aku, jagalah aku!’ Aku tidak bisa melindunginya. Aku mempercayakan dia kepada-Mu, menyerahkan dia kepada-Mu sebagai amanat dariku. Engkau melindunginya.’ Aku hanya mengatakan hal itu dan membaca Ayat al-Kursi.”

Karena itulah para tentara tiada pun dapat melihatnya.

sumber:  https://darisrajih.wordpress.com/2008/03/06/oh-syaikh-apa-ini/



Komentar