Banyak manusia yang tidak puas dengan nasib dan kehidupannya, ia
merasa bahwa Allah telah berlaku tidak adil pada dirinya. Bagaimana
mungkin ia yang bekerja keras sepanjang hari hidup tetap dalam
kemiskinan , sementara ada orang yang kerjanya hanya duduk dan bersantai
namun bergelimang harta kekayaan yang berlimpah.
Namun demikian kita sadari bahwa memang sangat sulit bagi kita
memahami keadilan Allah di muka bumi ini. Manusia adalah mahluk yang
kemampuannya serba terbatas . Ia pasti melihat sesuatu dari sebagian
sisi saja, mustahil manusia bisa melihat apa yang terjadi dari semua
sisinya.
Sementara Allah memiliki ilmu yang tak terbatas. Dia Melihat sesuatu
secara utuh dan menjalankan Keadilan-Nya sesuai dengan Ilmu-Nya. Lalu
bagaimana manusia akan bisa memahami keadilan Allah?
Kisah Nabi Musa berikut ini akan membantu kita untuk memahami bagaimana sebenarnya keadilan Allah pada hamba-Nya. Dikisahkan, Nabi Musa as. Pernah bermunajat kepada tuhannya di atas
bukit Thur. Dalam munajat beliau berkata, “Tuhanku, perlihatkan kepadaku
keadilanMU. “Allah menjawab, “Engkau laki2 yg tangkas, cekatan dan
pemberani, tetapi tidak akan mampu bersabar untuk memahami keadilanKu
.”
“ Insya Allah Saya mampu bersabar dengan taufikMu, ” jawab musa as.
Kemudian Allah berfirman ” pergilah menuju mata air disuatu tempat ,
lalu bersembunyilah di baliknya dan perhatikan apa yang akan terjadi,
disitu kamu akan melihat apa yang kau inginkan , ”
Musa as. Berjalan dan mendaki anak bukit di balik mata air itu, lalu
duduk bersembunyi. Tidak berapa lama datang seorang penunggang kuda di
mata air itu , lalu ia turun dari kudanya dan berwuduk serta minum
air dari mata air itu. Ia membuka buntalanya yg di dalamnya terdapat
kantong yg berisi uang 1000 dinar, lalu meletakannya di sampingnya lalu
sholat. Kemudian laki2 itu kembali menaiki kuda dan ia lupa kantongnya.
Tidak lama kemudian , datang seorang anak kecil ,lalu meminum air
dari mata air itu dan pergi sambil mengambil kantong uang yg ditemukan
ditempat itu . Setelah anak kecil itu pergi , datanglah seorang laki2
tua buta. Ia minum dari mata air itu, berwuduk dan berhenti sejenak
untuk sholat,setelah sholat, ia duduk santai melepas lelah. Bersama
dengan itu, laki2 penunggang kuda yang datang pertama tadi teringat
dengan kantong uangnya. Ia kembali dari perjalanannya dan segera menuju
sumber mata air itu , namun ia tidak menemukan kantong uangnya. Ia
hanya melihat laki laki buta itu yang sedang duduk beristirahat.
Pikirannya mencurigai laki2 tua tersebut . : “Saya kehilangan
kantong yg berisi 1000 dinar di tempat ini. Tidak ada orang yg datang ke
tempat ini selain kamu.” tuduh penunggang kuda itu . ” kamu tau saya
laki2 buta, maka bagaimana mungkin saya bisa melihat dan mengambil
kantongmu?” jawab laki2 yg buta itu .
Penunggang kuda itu marah atas ucapan laki2 tua tersebut . Ia
mencabut pedang dan menghantamkannya pada laki2 malang itu sampai tewas .
Ia memeriksa mayat laki2 tua itu dan kantong yang di carinya tidak
ditemukan ia pun pergi dan meninggalkan mayat pria malang itu dengan
wajah kesal.
Menyaksikan peristiwa tragis tersebut Musa as. merasa jengkel dan
hilang kesabarannya . Ia berkata, “Tuhanku dan junjunganku,
kesabaranku benar2 habis dan Engkau benar2 Dzat yg Maha Adil, maka
berilah saya pengetahuan dan penjelasan bagaimana semua ini bisa terjadi
?”
Allah memerintahkan Jibril untuk memberikan penjelasan . Jibril as. berkata kepada Musa as. ” Hai Musa as. Allah swt. Berfirman: Aku mengetahui semua rahasia dan lebih mengetahui dari pada yg kamu ketahui. Adapun anak kecil yg mengambil kantong uang tersebut, sebenarnya ia hanya mengambil hak miliknya sendiri. Karena orang tua anak kecil tersebut adalah orang upahan laki2 penunggang kuda itu . Upah yg harus diterimanya terkumpul dalam jumlah uang yg terdapat didalam kantong yg di bawa laki2 penunggang kuda itu dan upah tersebut belum terbayar. Anak itu hanya mengambil haknya.
Adapun laki2 tua yg buta itu , adalah orang yang telah membunuh ayah
dari penunggang kuda tersebut ketika ia belum buta . Allah telah
mengambil hukum Qishash dan menyampaikan hak kepada setiap orang yang
berhak menerimanya. Keadilan kami (Allah) sangat lembut.” setelah Musa
as. Mengetahui hal tersebut, Ia bingung dan mohon ampun kepadaNya.
Demikianlah hikmah yang tersembunyi dibalik berbagai kejadian yang
sering kita lihat sehari hari yang kadang kala kita rasakan tidak adil .
Pandangan dan penglihatan kita amat terbatas sementara Allah memiliki
penglihatan dan pengetahuan yang tidak terbatas.
Hal
yang mirip dengan kisah diatas di kisahkan didalam surat Kahfi ayat 60
sd 82 . Pada satu ketika ada orang yang bertanya pada Musa as : “ Adakah
orang yang lebih pandai dan hebat dari mu ya Musa ?” . Musa menjawa :”
Rasanya untuk masa ini tidak ada “ . Allah mengingatkan pada Musa bahwa
ada orang yang lebih pandai dari dirinya. Musa merasa penasaran dan
ingin bertemu dengan orang itu. Allah memerintahkan nya untuk pergi
kepertemuan dua laut, disana ia akan dapat menemukan orang tersebut.
Musapun pergi dengan seorang muridnya untuk menemui orang yang alim
itu. Hingga ketika sampai disatu tempat mereka merasa lapar dan Musa
meminta pada muridnya untuk membuka perbekalan yang mereka bawa. Ketika
membuka perbekalannya Musa tidak menemukan ikan yang mereka bawa. Musa
bertanya pada muridnya :” Dimana ikan yang tadi kita bawa ?” Muridnya
menjawab :” Tadi ketika kita beristirahat di sebuah batu saya melihat
ikan itu melompat keluar dan mencari jalannya kelaut dengan cara yang
aneh . Saya lupa menceritakan hal itu padamu” . Mendengar hal itu Musa
berkata :” Itulah tempat yang kita cari “ . Selesai makan Musapun
mengajak muridnya untuk kembali ketempat ikan itu menghilang.
Disekitar tempat ikan itu menghilang Musa bertemu dengan seorang tua
yang berpakaian rapi, Musa mengucapkan salam pada orang itu. Orang
tersebut menjawab :” Apakah dinegeri ini ada salam?, siapakah engkau ?” .
Musa menjawab :” Aku Musa “ . “Musa dari Bani Israil ? “ tanya orang
itu . “ Ya “ jawab Musa. . “ Apa keperluanmu “ Kata orang itu . “ Saya
ingin belajar sebagian ilmu yang diberikan Allah padamu “ jawab Musa.
Orang itu berkata :” Apakah tidak cukup bagimu dengan Taurat yang ada
ditanganmu dan wahyu yang selalu datang padamu ya Musa? . Sesungguhnya
aku mempunyai ilmu yang tidak layak bagi mu untuk mengetahuinya dan
engkau pun mempunyai ilmu yang tidak layak bagiku untuk
mengetahuinya”. Kemudian datang seekor burung yang meminum air laut
dengan paruhnya, orang itupun berkata :” Demi Allah tiadalah ilmuku dan
ilmumu dibandingkan dengan ilmu Allah seperti apa yang diambil burung
itu dari laut dengan paruhnya”.
Selanjutnya orang itu berkata :” Aku kuatir engkau tidak akan sabar
jika ikut denganku. Musa menjawab :” Insya Allah aku akan sabar
mengikutimu “ Orang itu melanjutkan :” Bagaimana mungkin engkau akan
bersabar dengan sesuatu yang tidak engkau pahami, tapi baiklah kalau
memang engkau ingin ikut dengan ku , namun ada syarat yang harus
engkau patuhi . Engkau tidak boleh menanyakan apa saja yang aku lakukan
sampai aku sendiri yang akan menjelaskanya pada mu nanti” . “Baiklah
aku akan mematuhi syarat yang engkau berikan “ Jawab Musa.
Dalam sebagai nriwayat disebutkan bahwa orang tua itu adalah nabi
Khidir. Musapun ikut bersama dengan nabi Khidir unutk menimba ilmu
darinya. Hingga sampai disebuah sungai mereka menyeberang dengan perahu
yang disediakan penduduk yang kebanyakan sudah mengenal Khidir dengan
tidak dipungut bayaran. Diperjalan Khidir merusak bagian tepi perahu
itu dengan kapak, Musa terkejut dan bertanya :” Mengapa engkau
merusakkan perahu orang yang sudah memberikan tumpangan pada kita
dengan gratis ?”. Khidirpun berkata :” Bukankah sudah ku katakan bahwa
engkau tidak akan sabar ikut denganku “ . Musapun terdiam, selanjutnya
berkata:” baiklah kalau begitu aku akan berusaha untuk bersabar”
Sampai ditepi pantai mereka berjumpa dengan serombongan anak anak
yang sedang bermain, Khidir menangkap salah seorang anak itu dan
membunuhnya. Musa terkejut dan protes :” Mengapa engkau bunuh anak kecil
yang tidak bersalah “ . Khidirpun berkata :” Bukankah sudah ku katakan
bahwa engkau tidak akan sabar ikut denganku “ . Musapun berkata :”
Baiklah aku akan berusaha bersabar, jika nanti aku masih bertanya juga
itulah saatnya perpisahan diantara kita”
Akhirnya mereka sampai di sebuah perkampungan , mereka mendatangi
rumah penduduk disitu minta untuk dijamu, namun tidak satu orangpun yang
mau menerima mereka. Diujung kampung mereka melihat sebuah rumah yang
sudah hampir runtuh temboknya, Khidir mengajak Musa untuk memperbaiki
rumah itu. Selesai memperbaiki rumah itu Musa berkata :” Bukankah kita
bisa minta upah pada pemilik rumah ini karena kita sudah memperbaiki
rumahnya”. Khidirpun berkata : Inilah saatnya perpisahan diantara kita,
namun sebelumnya aku akan menjelaskan semua kejadian yang engkau tidak
sanggup bersabar melihatnya itu”
“ Adapun perahu yang aku rusak itu, diujung kota ada seorang raja
yang bengis yang merampas setiap perahu yang masih baik. Aku berharap
raja itu tidak akan mengambil perahu yg sudah rusak ini, dan nanti
setelah raja itu pergi pemiliknya bisa memperbaiki bagian yang rusak
itu “
“ Adapun anak yang aku bunuh itu, ibu bapaknya adalah seorang yang
saleh dan taat beribadah. Anak ini kelakukannya tidak baik dan aku
kuatir ia akan mendorong ibu bapaknya menjadi kafir karena sayang pada
anaknya itu. Aku berharap Allah akan mengganti anak itu dengan anak yang
soleh yang mendorong kedua ibu bapaknya untuk lebih taat beribadah. “
“ Rumah yang kita perbaiki itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim,
ibu bapaknya adamenyimpan sebagian harta untuk anak mereka dibawah
pondasi rumah itu. Aku kuatir jika tidak diperbaiki rumah itu akan roboh
dan harta itu diambil oleh orang yang tidak berhak”
“ Demikianlah aku telah menjelaskan semua apa yang telah aku lakukan
dan membuat engkau tidak sabar menyaksikannya, Allah telah memberikan
ilmu kepada kita masing masing secara khusus. Aku tidak menguasai ilmu
yang diberikan Allah padamu , dan engkaupun tidak menguasai ilmu yang
diberikan Allah padaku. Kita masing masing bekerja menurut apa yang
diajarkan Allah pada kita. “
Demikianlah ilmu hikmah yang diajarkan Allah pada Musa. Musa hanya
melihat sesuatu dari dhohirnya sedang Khidir mengetahui yang lebih jauh
dari itu. Perbedaan pandangan dan pengetahuan pada manusia ini lah yang sering
menyebabkan perselisihan dan keributan diantara manusia. Marilah kita
lebih arif dalam mensikapi perbedaan pandangan dan pemahaman didunia
ini baik dalam ilmu umum maupun ilmu agama. Kebanyakan kita hanya mengetahui perkara yang dhohir dan sedikit
sekali yang paham dengan perkara yang bathin dari berbagai hal didunia
ini.
sumber: http://www.fadhilza.com/2016/09/kisah-hikmah/kisah-nabi-musa-dan-keadilan-allah.html
Komentar
Posting Komentar