Waffen SS & Fallschirmjager: Dua Pasukan Elite Nazi Yang Kemampuan Tempurnya Menginspirasi Pasukan Elite Dunia Masa Kini
pada tanggal
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Intisari-online.com - Dua unit
pasukan elite Nazi, Waffen-SS dan Fallschirmjager merupakan pasukan
tempur yang kisah dan sejarahnya masih populer hingga saat ini.
Kendati merupakan pasukan yang dibentuk oleh Nazi yang berpaham fasis,
kemampuan dan ketrampilan dua unit pasukan elite itu menjadi masukan
positif bagi pasukan elite dunia yang terus dikembangkan.
Hingga lebih 60 tahun setelah PD II berakhir, meskipun ideologi Nazi dan
kekuatan militernya berhasil dilumpuhkan, kekaguman dunia terhadap
sepak terjang pasukan elite Nazi terus terjadi.
PASUKAN FALLSCHIRMJAGERPasukan payung Nazi yang begitu mematikan.
Kemampuan tempur Fallschirmjager menjadi acuan bagi pasukan payung modern dalam mengembangkan ketrampilannya.
Salah satu kemampuan tempur Fallschirmjager adalah ketika sukses
merebut benteng pertahanan Belgia, Fort Eben Emael yang dipertahankan
sangat kuat, .
Selain bertujuan menguasai Fort Eben Emael serangan pasukan
Fallschrimjager juga bertujuan menguasai tiga jembatan strategis yang
menjadi pintu masuk menuju Belgia.
Serangan diam-diam yang dilaksanakan dari udara dan berlangsung pada
bulan Mei 1940 itu merupakan serangan spektakuler karena melibatkan
pasukan yang didaratkan menggunakan pesawat glider (tanpa mesin) dan
pasukan payung.
Penggunaan glider bertujuan agar sistem peringatan udara Belgia yang
mengandalkan asal suara pesawat bisa dikecoh. Sementara penerjunan
pasukan payung bertujuan mendukung rekan-rekannya yang bertempur
menggunakan glider dan ditargetkan mendarat di bagian atas Fort Eben
Emael.
Selain bertugas mendukung rekannya pasukan payung Fallschrimjager yang
dipersenjatai senapan mesin juga bertugas mendukung pasukan infantri
Nazi yang didatangkan dari Belanda. Tugas pokok pasukan infantri
adalah untuk menghadapi counter attack yang berasal dari bala bantuan pasukan Belgia.
Kendati mengalami sejumlah kendala seperti satu glider yang hancur
karena tembakan meriam antiserangan udara Belgia dan menewaskan seluruh
penumpangnya, serangan ke Fort Eben Emael yang awalnya disebut
sebagai mission imposible ternyata sukses.
Dari 493 personel Fallschrimjager yang dikerahkan, 43 personel gugur dan
99 personel lainnya terluka. Sedangkan pihak Belgia yang bertugas di
Fort Eben Emael, 60 personel gugur, 40 terluka, dan sekitar 1.000
personel lainnya tertawan.
Berkat kemampuan pasukan Fallschirmjager yang berhasil merebut Fort Eben
Emael dan dua jembatan strategis lainnya dalam waktu singkat (dua
hari) telah menaikkan posisi Fallschrimjager sebagai pasukan elit
paling disegani.
Ada hal yang paling penting dan kemudian menjadi acuan bagi pasukan
payung dunia yang bisa dipelajari dari kemampuan Fallschrimjager di
medan tempur Belgia.
Latihan keras menggunakan media yang menyerupai target sasaran hingga
mahir serta bertempur layaknya pasukan berkualifikasi komando.
Doktrin Fallschrimjager yang menerjunkan pasukan secara terpisah dengan
persenjataannya dan rawan oleh sergapan lawan bahkan menjadi pelajaran
berharga bagi pasukan payung dunia yang terus berkembang.
Pasukan payung kini tidak lagi terjun secara terpisah dengan senjata,
namun terjun dengan senjata yang telah dimodifikasi sehingga tetap
melekat di badan dan langsung siap tempur begitu menjejak daratan.
Jika pasukan Fallschrimjager dikenal sebagai pasukan payung yang
tersohor kemampuannya, sebagai pasukan Partai Nazi, Waffen-SS juga telah
menunjukkan kehebatannya selama PD II.
Ketangguhan pasukan Waffen-SS khususnya yang merupakan keturunan
Jerman (Arya) didorong oleh perasaan superior sebagai ras terunggul
sekaligus sikap loyalitas total terhadap Nazi dan Hitler.
Sikap loyal bahkan cenderung fanatik tercermin dari semboyan Waffen-SS, Meine Ehre Heizt Treue (Loyalitas Adalah Kehormatanku).
Maka tidak mengherankan jika sepak terjang pasukan Waffen-SS yang
personelnya terdiri dari ras Aryar bertempur secara fanatik dan kejam
dari awal PD II hingga berakhirnya peperangan yang berlangsung di tanah
Jerman.
Kekejaman yang dilakukan pasukan Waffen –SS berlangsung sejak awal
perang hingga berakhirnya PD II. Namun di akhir PD II fanatisme dan
cara brutal Waffen-SS dalam bertempur harus dibayar mahal karena sekitar
314.000 personelnya gugur di berbagai medan tempur.
Di era modern setidaknya keberadaan Waffen-SS semasa Nazi telah ditiru
oleh rezim mendiang presiden Irak, Saddam Hussein, yang memiliki
pasukan tempur dari Patai Baath.
Pasukan tempur yang lebih dikenal sebagai Iraqi Republican Guard dan
berkembang menjadi Republican Guard Corps merupakan pasukan eliteyang
loyal kepada Saddam Hussein.
Selain terlatih baik, lebih disiplin, dan memiliki fasilitas lebih
dibandingkan pasukan reguler Irak, pasukan ini juga terkenal
kekejamannya.
Salah satu kekejaman Republican Guard adalah pembunuhan terhadap ribuan penduduk suku Kurdi dan kaum Syiah Iraq.
Yang jelas pasukan milisi yang lahir dari sikap fanatik dan loyalitas
berlebihan terhadap satu pimpinan (ditaktor) kerap menimbulkan mata
petaka yang jauh dari peri kemanusian. Kekuatan militer seperti
Waffen-SS itu sebaiknya tidak tumbuh lagi di era terkini.
Komentar
Posting Komentar