Perang Bosnia (Perang Bosnia dan Herzegovina)
adalah sebuah konflik bersenjata internasional yang terjadi pada Maret
1992 dan November 1995. Perang ini melibatkan beberapa pihak. Konflik
ini melibatkan Bosnia dan Republik Federal Yugoslavia (kemudian berganti
nama menjadi Serbia dan Montenegro) begitu pula Kroasia.

Perang antara Etnis Serbia Bosnia dengan Etnis Kroat Bosnia
Perang antara etnis Serbia dengan etnis
Kroasia terjadi pada awal tahun 1992 akibat tidak menentunya situasi di
wilayah Bosnia Herzegovina. Aksi-aksi dari pihak Kroasia terhadap pihak
Serbia Bosnia Herzegovina atau sebaliknya telah mengawali perang antara
etnis Serbia Bosnia dan Kroat Bosnia. Pecahnya konflik bersenjata antara
pihak Serbia Bosnia dan Kroat Bosnia dimulai dari serangan pihak Kroat
Bosnia, di bawah pimpinan dari golongan ekstrim kanan Kroasia, terhadap
penduduk Serbia Bosnia di desa Sijekovac dekat kota Bosanski Brod
(bagian utara Bosnia Herzegovina) yang menewaskan 29 orang penduduk
sipil Serbia Bosnia Herzegovina, 7 orang wanita Serbia Bosnia menderita
perkosaan dan 3 di antaranya dibunuh.
Peristiwa tersebut dilakukan oleh 35
orang kelompok bersenjata Garda Kroasia/pasukan Kroasia di bawah
pimpinan Dobrosav Paraga, yang berakibat memicu terjadinya perang antara
pihak Kroat Bosnia dengan Serbia Bosnia. Selanjutnya pertempuran antara
Serbia Bosnia dengan Kroat Bosnia tidak saja terjadi di bagian utara
wilayah Bosnia Herzegovina akan tetapi juga di wilayah-wilayah lainnya
dimana terdapat kepentingan yang sama antara Serbia Bosnia dan Kroat
Bosnia.
Perang antara Etnis Serbia Bosnia dengan Muslim Bosnia
Situasi politik yang tegang,
pernyataan-pernyataan para anggota pimpinan ketiga golongan etnis yang
mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dari hari ke hari makin
mempertegang situasi, namun keadaan masih tetap di bawah kontrol. Api
perang tersulut, konflik bersenjata tidak terhindarkan lagi setelah
terjadi pembunuhan terhadap seorang etnis Serbia yang sedang menikahkan
putranya tanggal 30 Maret 1992 di pusat kota Sarajevo.
Pada saat acara pernikahan gereja selesai
dan iring-iringan sedang menuju tempat parkir kendaraan di depan
gereja, pada saat itu beberapa tembakan telah dilepaskan ke arah
iring-iringan mempelai tersebut yang menewaskan ayah mempelai putra dan
melukai pendeta yang memberkahi perknikahan tersebut. Dalam kejadian
tersebut bendera/panji-panji bangsa Serbia yang dibawa salah seorang
rombongan dirampas dan dikoyak-koyak oleh si penyerang yang berhasil
melarikan diri.
Akan tetapi hari berikutnya si penyerang
berhasil ditangkap dan ternyata adalah dari etnis Muslim Bosnia. Situasi
tersebut telah mengakibatkan ketegangan di kalangan penduduk.
Pasukan-pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia mencoba bertindak sebagai
penengah, namun, tidak berhasil, malah pos-pos dan tangsi-tangsi
Angkatan Bersenjata Yugoslavia di blokade, rintangan-rintangan jalanan
dipasang oleh fihak Muslim dan Kroasia yang semenjak semula sudah
membentuk koalisi Serbia dan Angkatan Bersenjata Yugoslavia, skenario
yang terjadi di Slovenia dan Kroasia terulang, peperangan sporadis,
pecah dimana-mana.
Klimaks konflik terjadi setelah
Masyarakat Eropa dan AS mengakui Bosnia Herzegovina sebagai negara
merdeka dan berdaulat. Hal ini telah mendorong pimpinan
Bosnia-Herzegovina yang terdiri dari etnis Muslim & Kroat menuduh
etnis Serbia Bosnia yang sebagai “agresor” terhadap negara merdeka dan
berdaulat Republik Bosnia Herzegovina. Pertempuran antara pihak Serbia
Bosnia dengan Muslim Bosnia berkecamuk kembali terutama di wilayah
Sarajevo, wilayah utara Bosnia Herzegovina dan wilayah bagian timur
Bosnia Herzegovina.
Pertempuran sengit yang masih terus
berlanjut antara pasukan Muslim Bosnia dengan Serbia Bosnia adalah
pertempuran untuk memperebutkan tempat strategis di Foca (suatu kota di
wilayah bagian selatan Sarajevo yang menghubungkan garis logistik
pasukan Muslim dari Bosnia Timur ke Sarajevo) dan perebutan titik kuat
di bukit Jablanica dan bukit Igman yang terletak dipinggiran kota
Sarajevo. Dari tempat-tempat strategis tersebut di atas akan dapat
menguasai Sarajevo secara keseluruhan. Pertempuran yang terus berlanjut
antara Muslim Bosnia Herzegovina dengan Serbia Bosnia Herzegovina di
Sarajevo tersebut menjadikan perundingan penyelesaian krisis di Bosnia
Herzegovina di antara Faksi-Faksi yang bertikai di Jenewa menjadi
tertunda.
Perang antara Serbia Bosnia dengan Aliansi Kroat Bosnia dan Muslim Bosnia
Dalam upaya politik antara Muslim Bosnia
dengan Kroat Bosnia telah terbentuk koalisi sejak proses pemisahan diri
Republik Bosnia Herzegovina dari Yugoslavia. Keadaan tersebut juga
diikuti di bidang militer dimana terjadi aliansi antara kekuatan militer
Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia untuk mengimbangi kekuatan Serbia
Bosnia.
Penyelesaian krisis di wilayah Bosnia
Herzegovina melalui perundingan yang tidak menghasilkan sesuatu untuk
menghentikan krisis Bosnia Herzegovina telah mendorong konflik
bersenjata di lapangan antara pihak Serbia Bosnia dengan Muslim-Kroat
Bosnia semakin meluas untuk mencapai kepentingan-kepentingannya. Dalam
perang saudara, perang antar etnis dan agama yang terjadi di Bosnia
Herzegovina banyak diwarnai oleh pertempuran-pertempuran antara pasukan
Serbia Bosnia dengan pasukan Muslim-Kroat. Front pertempuran timbul di
seluruh wilayah Bosnia Herzegovina.
Pertempuran antara pihak Serbia Bosnia
Herzegovina dengan Muslim-Kroat bertambah sengit karena pihak
Muslim-Kroat mendapat bantuan kekuatan dari tentara reguler Republik
Kroasia yang diperkirakan sekitar 40.000 orang dan tentara-tentara asing
(Mujahidin). Kekuatan yang berimbang tersebut mengakibatkan alotnya
pertempuran namun pada akhirnya pihak Serbia Bosnia lebih banyak
memenangkan pertempuran-pertempuran, karena pasukan Serbia Bosnia lebih
terorganisir baik dari segi personil maupun perlengkapan militer.
Hasil pertempuran ternyata hampir 2/3
wilayah Bosnia Herzegovina telah dikuasai oleh pasukan Serbia Bosnia
selama 28 bulan terakhir dalam konflik bersenjata yang ada di Bosnia
Herzegovina. Akibat perang Serbia Bosnia dengan Muslim-Kroat telah
menimbulkan korban yang sangat besar jumlahnya yang diperkirakan ratusan
ribu tewas (penduduk sipil maupun militer). Gencatan senjata yang
disetujui antara pihak Serbia Bosnia Herzegovina dengan Muslim-Kroasia
tidak pernah dilaksanakan akibat banyaknya formasi-formasi militer yang
tidak di bawah komando tentara reguler yang ada di Bosnia Herzegovina
dan juga diperkirakan akibat kurangnya pengaruh pimpinan politik
terhadap pihak-pihak militer.
Perkembangan situasi politik di Bosnia
Herzegovina turut mempengaruhi perkembangan situasi militer.
Kegagalan-kegagalan usaha-usaha perdamaian yang disponsori oleh
masyarakat internasional telah mendorong meningkatnya
pertempuran-pertempuran di antara pihak-pihak yang bertikai di Bosnia
Herzegovina. Persetujuan-persetujuan gencatan senjata tidak mampu
menghentikan perang yang berkobar di antara pihak-pihak yang bertikai
terutama antara pasukan Muslim Bosnia bersama-sama dengan Kroat Bosnia
melawan pasukan Serbia Bosnia.
Meningkatnya pertempuran antara pasukan
Muslim Bosnia dan Kroat Bosnia melawan pasukan Serbia Bosnia, antara
lain di samping sebagai akibat terbentuknya Federasi Muslim Bosnia
dengan Kroat Bosnia sesuai inisiatip Washington pada bulan Maret 1994,
juga dikarenakan adanya persetujuan-persetujuan gencatan senjata yang
tidak dipatuhi oleh pihak-pihak yang bertikai. Dengan kata lain, satu
pihak mematuhi akan tetapi pihak lainnya melakukan
pelanggaran-pelanggaran dan memanfaatkan gencatan senjata sebagai
momentum yang baik untuk melancarkan operasi-operasi militernya.
Daerah-daerah konflik yang paling sengit
antara pasukan Muslim dan Kroat Bosnia melawan Serbia Bosnia terjadi di
daerah-daerah strategis utamanya di Gunung Ozren (sebelah utara kota
Sarajevo), kota Brcko (bagian utara Bosnia Herzegovina), Gorazde, Maglaj
dan Olovo, akhirnya meluas ke wilayah Sarajevo yaitu di kota Vares
(lebih kurang 40 km dari Sarajevo). Dalam pertempuran tersebut pasukan
Muslim Kroat berusaha untuk merebut wilayah-wilayahnya yang hilang
selama terjadinya krisis di Bosnia Herzegovina 2 tahun sebelumnya karena
pasukan Serbia Bosnia telah menguasai hampir 2/3 wilayah Bosnia
Herzegovina selama pertempuran-pertempuran dengan pihak Muslim Bosnia
maupun pihak Kroat Bosnia.
Perang Etnis Muslim Bosnia dengan Etnis Kroat Bosnia
Meskipun antara etnis Muslim dengan Kroat
telah membentuk koalisi, akan tetapi pada prinsipnya kedua kelompok
tersebut mempunyai kepentingan yang berbeda dalam krisis di Bosnia
Herzegovina. Persekutuan Muslim Bosnia dengan Kroat Bosnia hanya
merupakan upaya untuk mencapai tujuan masing-masing. Pihak Kroat Bosnia
mempunyai cita-cita untuk menyatukan Bosnia Herzegovina dengan Kroasia
ataupun memisahkan wilayah dimana terdapat etnis Kroat Bosnia untuk
selanjutnya bergabung dengan Republik Kroasia.
Dilain pihak Faksi Muslim Bosnia
menghendaki Bosnia Herzegovina sebagai negara kesatuan dan menentang
pembagian Bosnia Herzegovina kedalam bentuk apapun serta bercita-cita
untuk membentuk Negara Islam. Konflik bersenjata antara Muslim Bosnia
dengan Kroat Bosnia tidak terlepas dari gagasan Cyrus Vance dan Lord R.
Owen untuk membagi wilayah Bosnia Herzegovina kedalam 10 Propinsi dimana
di antaranya terdapat 3 Propinsi bersama antara penduduk Muslim dan
penduduk Kroat. Aspirasi dari “Rencana Vance – Owen” tersebut lah yang
memicu terjadinya perang antara Faksi Muslim dengan Kroat yang sejak
semula mempunyai kepentingan yang berbeda dalam krisis Bosnia
Herzegovina.
Terjadinya perang antara Faksi Muslim
Bosnia dan Kroat Bosnia di Bosnia Tengah yang terus berkecamuk, di
antaranya adalah untuk mendominasi potensi-potensi ekonomi dan militer
di wilayah bersama antara penduduk Muslim dan Kroat. Hal ini terlihat
dari kenyataan bahwa perang yang paling sengit terjadi di kota-kota
dimana terdapat lahan-lahan pabrik senjata ataupun industri-industri
militer. Akibat perang tersebut tidak saja menimbulkan korban dikalangan
penduduk maupun militer akan tetapi industri-industri militer tersebut
turut pula mengalami kehancuran.
Oleh sebab itu perang antara Muslim
Bosnia dengan Kroat Bosnia secara tidak langsung ikut menghancurkan
potensi militer di Bosnia Tengah. Situasi pertempuran antara pasukan
Muslim Bosnia Herzegovina dengan Kroasia Bosnia Herzegovina pada awalnya
kemenangan di pihak Kroasia Bosnia Herzegovina akan tetapi dalam posisi
terakhir pasukan Muslim Bosnia Herzegovina dapat memukul pasukan
Kroasia Bosnia Herzegovina dimana pasukan Muslim Bosnia telah mendapat
perkuatan dari pasukan-pasukan sukarelawan asing (khususnya Mujahidin
yang diperkirakan berjumlah 3.000 orang) dan mulai menguasai kota-kota
penting di Bosnia Tengah. Pertempuran antara Kroat Bosnia dengan Muslim
Bosnia di Bosnia Tengah telah menimbulkan korban dan pengungsian
penduduk besar-besaran dari wilayah tersebut yang sering disebut dengan
istilah “ethnic cleansing”.
Pertikaian antar Muslim di Bosnia Barat
Setelah Konferensi-Konferensi mengenai
Perdamaian tentang Bosnia Herzegovina gagal, akhirnya pada tanggal 27
September 1993, Cazin-Krajina, daerah kantong Muslim yang paling besar
di bagian barat Bosnia Herzegovina telah diproklamirkan dan ditetapkan
sebagai Propinsi Otonomi Bosnia Barat (Autonomous Province of Western
Bosnia). Proklamasi Propinsi Otonomi Bosnia Barat dilakukan dengan suara
bulat oleh 400 delegasi dalam suatu Sidang Konstitusional Parlemen di
Velika Kladusa (kota terbesar di wilayah Cazin-Krajina). Badan yang sama
juga memilih dengan suara bulat Fikret Abdic sebagai Presiden APWB.
Proklamasi ini ditentang oleh pemimpin Muslim Bosnia, Alija Izetbegovic,
yang memerintahkan pasukannya untuk menindak Fikret Abdic sehingga
menimbulkan pecahnya perang di kalangan Muslim sendiri yaitu antara
Faksi Muslim Bosnia Herzegovina pengikut Alija Izetbegovic melawan
pengikut Muslim moderat Fikret Abdic.
Upaya-upaya pihak Muslim Bosnia
Herzegovina pimpinan Alija Izetbegovic dalam menyelesaikan
perselisihannya dengan pimpinan Muslim Bosnia Herzegovina Barat pimpinan
Fikret Abdic baik secara persuasip maupun dengan kekerasan tetap tidak
dapat menghentikan sikap Muslim Bosnia Herzegovina Barat yang telah
memproklamirkan dirinya sebagai Propinsi Otonomi Bosnia Barat. Kondisi
tersebut telah mendorong semakin sengitnya pertempuran kedua belah pihak
yang mengakibatkan jatuhnya korban di pihak masing-masing.
Perkembangan yang menarik dari konflik
antar Muslim Bosnia Herzegovina bagian barat tersebut adalah adanya
sikap pasukan Alija Izetbegovic yang tidak sepenuhnya bertempur
menghadapi pasukan pimpinan Fikret Abdic bahkan tidak sedikit
pasukan-pasukan pimpinan Alija Izetbegovic yang menyeberang ke pihak
Fikret Abdic. Kondisi tersebut telah memaksa banyaknya
pergantian-pergantian unsur pimpinan militer Alija Izetbegovic di Bosnia
Herzegovina Barat.
Sejarah Konflik di Bosnia
Wilayah Bosnia yang terletak di jantung
dari Federasi Yugoslavia, yang menjadi daerah perebutan pengaruh sejak
zaman Kerajaan Austro-Hungaria melawan pengaruh Kerajaan Turki pada saat
Kekaisaran “Ottoman”. Bubarnya Yugoslavia lama, tampaknya oleh
negara-negara sekitarnya maupun dari negara-negara Big Power/luar
menginginkan agar “Yugoslavia mini” ini ikut bubar. Adanya pemerintahan
yang diatur bergilir oleh tiga etnis dominant di Bosnia (Muslim, Serbia
dan Kroat), ikut menambah kerawanan negeri ini, karena pengaruh pada
salah satu etnis dari negara tetangga ataupun dari luar, dapat segera
membakar kearah pertikaian.
Penguasaan Bosnia secara bulat oleh
Republik-Republik di sekitarnya ataupun menjadi suatu negara yang
berdasarkan konstitusi Islam, akan dipandang cukup membahayakan
negara-negara Eropa. Dilihat dari segi Sosial Budaya maka keberadaan
tiga etnis dominan yang terdiri dari 3 suku yang berbasis pada agama
yang berbeda, setelah kesadaran beragama mulai terusik sedangkan UUD-nya
tidak mengatur tentang kerukunan hidup beragama karena tidak adanya
suatu idiologi yang mengikat kesadaran berbangsa, maka perbedaan di
antara penduduk semakin tajam. Perbedaan ini menjadi bertambah berbahaya
ketika pimpinan politik dan pengaruh luar ikut mengeksploitir kekuasaan
berdasarkan etnis dan agama ini.
Pada saat Tito berkuasa, mereka
dipersatukan oleh kepemimpinan Tito yang kharismatik, program “Unity and
Brotherhood” yang cukup baik sehingga wilayah ini menjadi sangat
potensial bagi keberadaan Yugoslavia pada waktu itu. Dari kacamata
ekonomi, kekayaan alam dan bahan tambang yang dikandung dalam wilayah
Bosnia Herzegovina, merupakan daya tarik lainnya bagi siapa yang
menguasai wilayah ini. Hampir 80% medan gunung-gunung dengan sungai yang
berjeram merupakan daerah yang menguntungkan bagi penyediaan listrik
tenaga air (Hydropower plant). Demikian juga kekayaan akan tambang
bauxit, magnesium, asbes, dalomit, batubara, minyak, lignite, garam dan
lain-lain, merupakan tambang yang potensial bagi berjalannya
industrialisasi. Sewaktu Tito berkuasa, wilayah ini kemudian menjadi
pilihan ditempatkannya lebih dari 60% pabrik-pabrik Yugoslavia.
Oleh sebab itu Bosnia Herzegovina
merupakan mesin utama bagi jalannya perindustrian Yugoslavia.
Daerah-daerah industri yang ada di Bosnia Herzegovina di antaranya ialah
Pabrik senjata artileri dan mortir di Novitravnik, Pabrik
tank/kendaraan lapis baja di Bosanki Brod, Oil Refinery di Slavonski
Brod, Pabrik aluminium dan pesawat terbang di Mostar, Pabrik bahan kimia
di Sabac dan Tuzla, Pabrik senjata ringan “Pretis” di Vogasca (dekat
Sarajevo), Pabrik senjata dan munisi “Igman” di Konjic, Pabrik kimia,
mesin, ranjau, tambang batubara dan lignite di Tuzla, Pabrik besi dan
baja di Zenica, Pabrik minyak roket, bahan ledak, bubuk mesiu di Vitez,
Pabrik munisi di Gorazde, Pabrik battery di Luskovac, Pabrik
perlengkapan militer di Foca dan Capljina dan lain-lain. Kota dimana
pabrik-pabrik serta wilayah tambang tersebut di atas pada umumnya di
dalam kekuasaan etnis Muslim dan etnis Kroat, sehingga saat itu
merupakan daerah perebutan kekuasaan (trouble spot). Beberapa di
antaranya dilindungi oleh PBB/UNPROFOR untuk mencegah penghancuran
daerah-daerah krisis tersebut.
Dari pandangan Strategi Militer,
keberadaan pabrik-pabrik bagi keperluan militer yang lebih dari 60%
berada di wilayah Bosnia Herzegovina merupakan daya tarik utama akan
penguasaan wilayah ini. Pada masa Tito berkuasa, dengan pertimbangan
keamanan, dan perlindungan alam yang baik maka Bosnia Herzegovina
dipilih untuk kedudukan wilayah industri militer, karena dipandang aman
dari ancaman Pakta Warsawa maupun Pakta NATO. Ditinjau dari segi etnis,
bahasa dan sosial budaya, Yugoslavia sebagai negara “sosialis
self-management” merupakan tujuan utama bagi ahli-ahli / para teknokrat
eks Pakta Warsawa untuk keluar dari Uni Soviet. Tidak mustahil bila
mereka berhasil masuk ke Yugoslavia dalam keadaan bersatu, maka
Yugoslavia akan dapat menjadi negara super power di bidang pertahanan
dan keamanan dikemudian hari.
Dengan terpusatnya industri militer
Yugoslavia berada di Bosnia Herzegovina, maka ahli-ahli tersebut
dikhawatirkan akan berada di wilayah ini. Untuk mencegah hal tersebut
negara-negara “Big Power” terutama dari Blok Barat, tentunya menjadikan
wilayah Bosnia Herzegovina sebagai wilayah kepentingannya. Di sisi lain
dengan bubarnya Pakta Warsawa maka Eropa dikhawatirkan akan kebanjiran
stock senjata eks Blok Timur, yang akan bermuara pada meningkatnya
organisasi senjata secara liar di Eropa dan selanjutnya akan
membahayakan keamanan Eropa. Dengan adanya perang Bosnia maka aliran
senjata lebih tersebut secara tidak langsung akan mengarah ke wilayah
ini. Dengan menumpuknya beberapa kepentingan di wilayah Bosnia
Herzegovina maka wilayah ini layak untuk disebut daerah rawan atau titik
kritis bagi negara-negara di Eropa.
Pertempuran Tishin,
adalah salah satu dari beberapa pertempuran penting yang terjadi selama
Perang Bosnia (1992-1995). Terjadi pada hari Jumat Pagi di bulan Oktober
1992 antara 25 mujahidin Bosnia yang ditugasi mempertahankan bukit
Bandera di kota Tazlaj, dekat Tishin and Doboj di Bosnia Utara melawan
pasukan khusus Serbia yang ingin merebutnya.
Jalannya Pertempuran
Letak Bukit Bandera sangatlah strategis
karena terletak diantara garis depan pasukan Serbia, Kroasia dan Bosnia
saat itu. Siapa yang bisa menguasai bukit tersebut maka ia dapat dengan
leluasa menguasai dan mengontrol kota-kota dan desa disekitarnya. Pada
bulan Oktober 1992, pasukan darat Bosnia membuat garis pertahanan di
puncak bukit yang akan dijaga oleh 25 mujahidin yang kebanyakan berasal
dari kota Mekkah, Arab Saudi. Ke-25 orang ini merupakan rombongan
pertama mujahidin asing yang datang ke medan perang Bosnia dan semuanya
adalah veteran perang Afganistan.
Pertempuran dimulai dengan gempuran
artileri dari tentara Serbia selama 3 hari. Karena hebatnya gempuran ini
memaksa tentara Bosnia yang menjaga di kaki bukit mengundurkan diri
sehingga hanya tersisa 25 orang saja diatas bukit. Pada akhir hari
ketiga, setelah para mujahidin yang tersisa ini berhasil menyerang garis
supply Serbia dan membunuh 3 orang tentaranya serta merampas 2 kuda
yang penuh perbekalan, barulah mereka menyadari bahwa mereka telah
terkepung dan tidak ada lagi bantuan dari pasukan Bosnia lainnya.
Dibawah perlindungan gempuran artileri
selama tiga hari berikutnya, Sekitar 200 pasukan khusus Serbia beserta
tentara bayaran asal Rumania dan Rusia menyerang garis depan mujahidin.
(Pasukan Bosnia memperoleh informasi ini setelah pertempuran dari
beberapa tawanan yang berhasil ditangkap dan juga dokumen yang diambil
dari tentara yang tewas).
Pasukan khusus Serbia menyerang dengan
cepat dari 3 arah dan dalam hitungan menit mereka sudah berada sekitar
5-10 meter dari garis pertahanan. Mereka melempari mujahidin dengan
granat tangan, beberapa orang mujahidin terluka akan tetapi pertempuran
terus berlangsung. Dalam situasi yang sangat sulit tersebut, beberapa
mujahidin menunjukkan keberanian tanpa mempedulikan keselamatannya lari
keluar dari bunker dan menyerang pasukan Serbia sehingga beberapa
personilnya tewas meskipun mereka sendiri akhirnya gugur.
Karena ada beberapa mujahidin terluka
maupun terbunuh, mereka mundur 100 meter untuk membawa rekan-rekannya ke
desa muslim terdekat untuk dirawat. Beberapa jam kemudian setelah
diperiksa dan dinyatakan hanya menderita luka ringan, beberapa mujahidin
(sekitar 10 orang) kembali ke bukit Bandera untuk melanjutkan
pertempuran. Mereka dibantu oleh 15 orang mujahidin lokal dan secara
bersamaan melancarkan serangan balik ke posisi Serbia yang menjadi panik
dan akhirnya mereka melarikan diri dari pertempuran dan beberapa orang
sempat dikejar dan ditawan.
Ada sekitar 30 atau lebih mayat pasukan
Serbia yang berhasil dihitung yang tersebar di sekitar bukit. Mujahidin
juga menemukan dokumen Rumania dan Rusia yang membuktikan bahwa kedua
negara ini turut membantu Serbia memerangi umat muslim Bosnia. Lima
orang yang berhasil ditawan juga membenarkan hal tersebut. Sedangkan
korban jiwa di pihak mujahidin ada 6 orang dan 18 orang terluka.
Rasa Hormat Muslim Bosnia
Pertempuran Tishin yang terjadi pada
musim gugur 1992 merupakan titik balik penghormatan rakyat muslim Bosnia
terhadap para mujahidin asing. Ketika rombongan mujahidin tiba pertama
kali di Bosnia, penduduk setempat menyangka bahwa mereka adalah tentara
bayaran dan menanyakan berapa jumlah uang yang harus mereka bayar.
Setelah pertempuran ini, tentara Serbia tidak pernah lagi berani
melancarkan serangan ke wilayah dimana mereka mengetahui ada mujahidin
yang menjaganya. Dan juga setelah prestasi yang diukir oleh para
mujahidin dalam pertempuran ini, dimana hanya dengan 25 orang saja bisa
mengalahkan 200 pasukan khusus yang bersenjata lengkap, rakyat Bosnia
merubah cara pandang mereka dan mulai memberi hormat kepada mujahidin
yang dinilai dengan tulus berjuang, pemberani dan datang ke Bosnia tidak
untuk berperang demi uang maupun popularitas tetapi mereka membela
agama dan membantu saudara-saudaranya sesama muslim yang saat itu
dibantai secara sistematis oleh Serbia.
sumber: https://peperangan.wordpress.com/2011/08/18/perang-bosnia-perang-bosnia-dan-herzegovina/
Komentar
Posting Komentar