Nama Lengkap: Muhammad II bin Murad II bin Muhammad Jalbi
Julukan: Sultan Ghazi Muhammad Al Fatih
Tahun Kelahiran: 835 H / 1432 M
Tempat Kelahiran: Adranah – Turaqiya – Turki
Tahun Wafat: 886 H / 1481 M
Tempat Wafat: Dariqa – Kokali – Turki
Lingkup Hidup: Daulah Utsmaniyah
Musuh-Musuhnya: Kekaisaran Bizantium
Sultan Ghazi Muhammad Khan II Al Fatih
adalah Sultan ke-7 Dinasti Utsmani dan keturunan keluarga Utsman. Selain
gelar Al Fatih beliau juga dijuluki ‘Abi Al Futuh’ dan ‘Abi Al
Khairat’. Dan setetlah penaklukan Konstatinopel beliau dijuluki ‘Qaisar’
dan julukan itu disandarkan pula kepada sultan-sultan setelah beliau.
Sultan Al Fatih ini terkenal beliau
adalah yang telah menghabisi hingga akhir kekaisaran Bizantium setelah
berlangsung lebih dari 11 abad. Sultan Al Fatih memerintah kurang lebih
30 tahun. Selama itu Sultan Al Fatih telah melakukan
penaklukan-penaklukan di Asia, menyatukan kerajaan-kerajaan di Anatolia,
menyerang Eropa sampai Belgrade. Salah satu yang menonjol dari system
pemerintahannya adalah integrasinya terhadap departemen-departemen
Byzantium lama dalam Dinasti Utsmani untuk selanjutnya.
Kelahiran dan Pertumbuhan Sultan Al Fatih
Sultan Muhammad II Al Fatih lahir pada
27 Rajab 835 H / 30 Maret 1432 M di kota Edirne. Modal Daulah Utsmaniyah
berikutnya. Ia tumbuh dalam naungan ayahandanya sendiri, Sultan Murad
II, Sultan ke-6 Daulah Ustmaniyah. Ayah Sultan Muhammad II Al Fatih
memperhatikan putranya dengan menjaga dan mendidiknya, supaya nantinya
pantas menjadi pemimpin dan bisa memenuhi tanggung jawabnya. Sultan
Muhammad II Al Fatih telah menyelesaikan hafalan Qur’annya, membaca
hadits, belajar ilmu fikih, matematika, astronomi dan urusan perang.
Disamping itu semua, Sultan Muhammad II Al Fatih juga belajar bahasa
Arab, Persia, Latin dan Yunani.
Sultan Muhammad II Al Fatih ditempatkan
oleh ayahnya untuk memerintah Magnesia (ketika itu ia masih kecil) untuk
melatihnya mengurusi urusan kenegaraan dan pengelolaannya di bawah
bimbingan sekelompok pembesar ulama masanya, seperti Syaikh Aq Syamsudin
dan al Mula al Kaurani. Merekalah yang membekali terciptanya
kepribadian sang pemimpin kecil, membangun arah intelektualitas dan
kulturanya dengan pondasi keIslaman yang kokoh.
Perang Syaikh Aq Syamsudin tampak dalam
pembentukan kepribadian Muhammad Al Fatih. Ia telah mendoktrin dalam
diri Sultan Muhammad II Al Fatih sejak kecil tentang dua hal; Pertama,
melipatgankan gerakan berjihad untuk Utsmani. Kedua, selalu
memberitahukan kepada Sultan Muhammad II Al Fatih sejak kecil bahwa ia
adalah pemimpin yang telah dijelaskan dalam hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dalam kitab musnad karya Imam Ahmad
bin Hanbal yang artinya, “Sungguh nanti Konstatinopel akan ditaklukan.
Sebaik-baik pemimpin adalah kepemimpinannya, dan, sebaik-baik pasukan
adalah pasukannya.” Oleh karena itu, Sultan Muhammad II Al Fatih
berharap hadits Nabi tersebut akan terealisasikan kepadanya. Ia tumbuh
sebagai pemuda yang berjiwa tekun, tinggi cita-citanya, bagus
perangainya, tajam daya peka dan perasaannya, berbudi luhur, ahli syair,
serta berpengetahuan tinggi tentang urusan perang dan politik. Ia
sering mengikuti ayahnya bersama-sama dalam peperagan dan
pertempurannya.
Memimpin Pemerintahan
Sultan Muhammad II Al Fatih memimpin
kerajaan sepeninggal ayahnya pada 5 Muharram 855 H / 7 November 1451 M.
Ia memulai mempersiapkan peralataan untuk menaklukan Konstatinopel, agar
mimpinya bisa terealisasi. Pada saat yang sama, ia memudahkan kerajaan
yang masih baru untuk melakukan penaklukan-penaklukan di daerah Balkan.
Sultan Muhammad II Al Fatih menjadikan Negara tersebut bergandengan yang
tidak bisa dipisahkan oleh musuh yang hendak menyergapnya dan supaya
menjadi tempat kabar gembira kenabian. Sultan Muhammad II Al Fatih
menyiapkan siasat dan militer untuk penaklukan tersebut. Termasuk salah
satu siasatnya adalah memperbaharui perjanjian dan kesepakatan gencatan
senjata dengan semua tetangganya dan orang-orang yang mempunyai hubungan
tertentu dengan kesultanan, seperti Serbia dan Ksatria Suci Johana
(Khight of St John) dan yang lain. Tujuannya adalah untuk mengisolasi
kerajaan Byzantium dimulai dari tetangganya, baik dengan politik maupun
pertempuran. Kemudian Sultan Muhammad II Al Fatih mempersiapkan lebih
dari seperempat juta pasukan mengelilingi Byzantium dari arah darat dan
dilanjutkan pengepungan kota selama 53 hari. Dan selama itu telah
diselesaikan pembangunan fasilitas militer yang sangat besar dan
mendatangkan pakar militer yang handal termasuk produsen terkenal dari
Hungaria ‘Urban’ dan orang yang mampu melakukan serangan balasan yang
besar dengan melemparkan bola-bola batu besar yang berapi.
Byzantium
telah melakukan segala upaya untuk mempertahankan kota. Jumlah yang
besar dari pasukan Utsmani dapat dilihat dari proses-proses persiapan
penaklukan. Dan, yang menjadi hambatan paling pokok yang berada di depan
para pasukan Utsmani adalah rantai besar yang digunakan pasukan
Byzantium untuk mengendalikan pintu masuk tanduk emas. Dan tidak mungkin
bisa dibuka kecuali melompati rantai ini namun gagal. Kemudian pasukan
memindahkan 70 perahu setelah mengaspal dan meratakan tanahnya dalam
waktu yang singkat. Setelah selesai, dituangkan minyak di papan kayu dan
diletakkan di jalan untuk memudahkan jalannya perahu-perahu diatasnya
sepanjang 3 mil dan semua ini selesai dalam semalam dan jauh dari
pengintai musuh. Pengepungan kota telah sempurna dari segala sisi.
Hal yang paling menonjol dari yang telah
dipersiapkan untuk penaklukan penuh berkah ini adalah menuangkan
perlawanan dahsyat yang belum pernah terlihat di Eropa. Kemudian membuat
perahu-perahu jalan Dardaniel. Dan disamping Eropa dari arah selat
Bosporus dibangun benteng besar yang terkenal dengan sebutan ‘Benteng
Rumeli Hishar’ untuk menguasai Bosporus.
Bersambung insyaallah..
Sumber: Dikutip dari ‘Para Penakluk
Muslim Yang Tak Terlupakan’, Tamir Badar, Pengantar: Dr.Raghib As
Sirjani, Penerbit al Kautsar
Komentar
Posting Komentar