Perwira cerdik dan kharismatik kesayangan Hitler. Spesialis operasi senyap yang kondang hingga Mesir dan Argentina.
SOROT mata Otto Skorzeny begitu tajam. Codet di pipi kiri sang hauptsturmführer
(kapten) dari pasukan komando Schutzstaffel (SS) Jerman itu menambah
kesan garang kala mencoba meyakinkan jenderal polisi Italia Fernando
Soleti dengan setengah memaksa. Sang jenderal pun “menurut” dibawa ke
sebuah misi penting: menyelamatkan Il Duce Benito Mussolini.
Sejak ditangkap Carabinieri (polisi militer) Italia pada 25
Juli 1943, posisi Mussolini sebagai perdana menteri telah dilengserkan.
Pelengseran dilakukan setelah Gran Cosiglio del Fascismo (Dewan Fasisme
Italia) menetapkan mosi tidak percaya terhadap Mussolini pasca-invasi
Sekutu ke Pulau Sisilia dan pemboman terhadap ibukota Roma. Raja
Vittorio Emanuele III pun menetapkan Marsekal Pietro Badoglio untuk
menggantikan posisi Mussolini.
“Perintah untuk membebaskan Mussolini diberikan kepada Skorzeny oleh
Hitler sendiri, sekalipun tindakan itu diambil Hitler lebih didorong
pertimbangan politik daripada pertimbangan sentimentil,” tulis P.K.
Ojong dalam Perang Eropa: Jilid II.
Hitler tahu bahwa Badoglio seorang petinggi militer yang anti-Jerman.
Hitler khawatir, lanjut Ojong, Italia tanpa Mussolini justru akan
membela ke pihak Sekutu. Sementara petinggi fasis Italia lainnya belum
ada yang punya reputasi sebesar Mussolini, sekalipun Hitler memandang
rendah “seniornya” itu mengingat minimnya prestasi kombatan Italia dalam
pihak Poros di medan perang.
Itu salah satu faktor Hitler meminta Skorzeny menyelamatkannya.
Begitu mendapat perintah, Skorzeny langsung menemui Generaloberst
(kolonel-jenderal) Kurt Student, komandan Divisi Fallschirmjäger
(lintas udara) ke-1 yang berbasis di Italia. Rencana pembebasan pun
dirancang dengan melibatkan 300 pasukan linud dengan komandan lapangan
Mayor Harald Mors dan Oberleutnant Georg Freiherr von Berlepsch, ditambah 16 pasukan SS bawaan Skorzeny.
Tetapi sebelum berangkat dari Pangkalan Udara Pratica di Mare pada
pagi 12 September 1943, Skorzeny lebih dulu menangkap dan memaksa Soleti
ikut serta dalam rombongan dengan pesawat-pesawat peluncur yang akan
menuju Gran Sasso, sebuah puncak di Pegunungan Apenina tempat Mussolini
ditahan di Hotel Campo Imperatore. Soleti dibawa untuk mencegah agar tak
terjadi pertumpahan darah dalam misi di sebuah resor ski itu.
Kabut di sekitar puncak Gran Sasso yang menyelimut sejak pagi mulai
menghilang ketika Skorzeny cs. mendarat pada pukul dua siang. Dari
halaman hotel, Skorzeny melihat detasemen penjaga Carabinieri
sudah siap mengokang beragam jenis senjata. Baku tembak skala kecil pun
terjadi, mengakibatkan dua polisi Italia tewas. Saat itulah Skorzeny
menemui Mussolini.
“Dengan tergesa-gesa, gugup, keringatnya mengucur dari mukanya,
Skorzeny masuk ke kamar tahanan Mussolini. Ia pun memperkenalkan
dirinya. ‘Führer yang siang-malam memikirkan bagaimana dapat
membebaskan Tuan, menyerahkan tugas ini kepada saya. Hari ini saya
merasa girang dan puas bahwa dengan membebaskan Tuan, saya telah
menjalankan tugas yang diberikan Führer kepada saya’,” kata Skorzeny, dikutip Ojong.
Setelah membawa Soleti ke muka dan Soleti memerintahkan komandan
penjaga untuk menurunkan senjata mereka, tak lama kemudian pesawat
penjemput Fieseler Fi-156 “Storch” datang. Pesawat diterbangkan
Kapten Heinrih Gerlach, pilot pribadi Jenderal Student. Selesailah
tugas Skorzeny membawa Mussolini dari pengasingannya ke muka Hitler
lewat aksi dramatis itu. Bertambah pula pujian Hitler kepada kapten
pemberani yang ditakuti lawan akan reputasi-reputasinya itu.
Mantan Atlet Kharismatik
Reputasi Skorzeny berhulu pada besarnya jiwa kompetitif sejak belia.
Sosok kelahiran Wina, Austria pada 12 Juni 1908 dari keluarga blasteran
Polandia-Austria itu sejak muda aktif di olahraga anggar. Codet di pipi
kirinya pun didapat Skorzeny saat bertanding.
Tetapi dia tak meneruskan karier atletnya selepas lulus kuliah. Dia
memilih bergabung ke barisan Sturmabteilung (SA), sayap militer Partai
Nazi cabang Wina. Ia turut andil menyelamatkan nyawa eks Presiden
Austria Wilhelm Miklas ketika Hitler mencaplok Austria pada 1938.
Baca juga: Anggar untuk Hitler
Diungkapkan Stuart Smith dalam Otto Skorzeny: The Devil’s Disciple, pada 12 Maret 1938 datang sekelompok pasukan SA ke Istana Kepresidenan Reisnerstrasse. Skorzeny mendapati sekelompok SA itu bukan dari cabang Wina, melainkan dari Jerman yang tengah memburu Miklas. Miklas sebelumnya menolak tuntutan Hitler untuk menunjuk tokoh Nazi Arthur Seyss-Inquart menjadi kanselir. Tapi ketika Miklas akhirnya menurut, pasukan SA sudah diperintah Hermann Goering menghabisinya.
Skorzeny diminta Ketua Asosiasi Olahraga Austria Bruno Weiss, yang
juga kolega Kanselir Seyss-Insquart, untuk menyelamatkan Miklas sebelum
terlambat dan meluruskan kesalahpahaman. Benar saja. Ketika Skorzeny dan
pasukannya datang ke Istana Presiden, kelompok SA Goering sedang
menodongkan senjata ke Miklas dan istrinya. Miklas dan istrinya
jejeritan saat ditodong.
“’Diam!’ teriak Skorzeny. Lantas terdengar perintah ‘Bersiap!’ dari
letnan bawahan Skorzeny, seketika 20 mulut senapan diarahkan ke pasukan
Nazi itu. Untuk menenangkan situasi, Skorzeny mengatur pembicaraan
antara Miklas dan Seyss-Inquart via telepon,” tulis Smith.
Selamatlah nyawa Miklas. Tak seperti pejabat pemerintahan lain
semisal eks Kanselir Austria Kurt Schuschnigg yang –belakangan selamat
dan kabur ke Amerika Serikat berkat bantuan Albert Goering, adik dari Hermann Goering– ditahan di kamp konsentrasi Dachau.
Arsitek Operasi Senyap
Saat Perang Dunia II pecah pada 1939, Skorzeny sejatinya ingin
mendarmabaktikan diri ke Luftwaffe (AU Jerman), namun ditolak. Selain
karena posturnya terlalu tinggi, usianya sudah 31 tahun, sehingga tak
lolos syarat pelatihan kru penerbang AU. Tapi lewat koneksinya di Partai
Nazi semasa jadi kader SA, Skorzeny bisa masuk barisan Leibstandarte SS
Adolf Hitler, unit pasukan pengawal Hitler.
Sebagai perwira yang cakap merancang rencana-rencana operasi di
belakang garis musuh, Skorzeny diperbantukan ke Divisi Panser ke-2 SS
“Das Reich” di Pertempuran Moskwa pada Oktober 1941. Tetapi sejak
terkena pecahan peluru artileri Uni Soviet pada Desember 1942, Skorzeny
dimutasi ke Reichssicherheitshauptamt (RSHA), semacam lembaga
ketahanan dan keamanan nasional di Berlin, di bawah pimpinan Ernst
Kaltenbrunner. Di departemen intelijen luar negeri RSHA, Skorzeny
membentuk komando pasukan khusus SS, Sonderverband zur besonderen
Verwendung Friedenthal.
“Pasukan komando ini dilatih untuk menjalani operasi-operasi
sabotase, spionase, dan teknik-teknik paramiliter. Di kemudian hari,
pasukan setingkat batalyon ini berganti nama menjadi SS Jagdverband 502
pada 1943 dan pada November 1944 berganti lagi menjadi Unit Pusat
Pertempuran SS yang puncaknya punya personel hingga lima batalyon,”
tulis Samuel W. Mitcham dalam Panzers in Winter: Hitler’s Army and the Battle of the Bulge.
Setidaknya tujuh misi operasi senyap pernah dirancang Skorzeny
sepanjang Perang Dunia II. Selain misi penyelamatan Mussolini, misi
kondang yang dirancang Skorzeny adalah Operasi Greif. Operasi khusus
untuk mengacaukan pihak Sekutu di Pertempuran Bulge (16 Desember 1944-25
Januari 1945) itu lantas membuatnya dipromosikan menjadi mayor dan
kemudian obersturmbannführer (letnan kolonel).
Inti misi operasi yang dilakoni pasukan Brigade Panser 150 yang semua
anggotanya mahir berbahasa Inggris itu adalah merebut dan menghancurkan
jembatan-jembatan di atas Sungai Meuse di belakang garis pertahanan
Sekutu. Dengan begitu, pasukan terdepan Sekutu bakal terputus
hubungannya dengan pertahanan belakangnya.
Misi sabotase itu sukses menimbulkan kekacauan dan kebingungan di
pihak Sekutu. Rumor tentang adanya pasukan Jerman berseragam Sekutu
untuk membunuh panglima tertinggi Sekutu Jenderal Dwight Eisenhower pun
disebarkan para anak buah Skorzeny. Rumor itu bahkan mengakibatkaan
rombongan mobil panglima Inggris Marsekal Bernard Law Montgomery nyaris
ditembaki petugas jaga tentara Amerika di salah satu pos di Malmédy
gara-gara paranoia.
Pasca-kapitulasi Jerman, Skorzeny ditahan dan diseret ke Pengadilan
Dachau, persidangan untuk mengadili penjahat perang. Namun sebelum
divonis, pada 27 Juli 1948 dia berhasil melarikan diri dari kamp
penahanan di Darmstadt. Ia kabur ke Paris, Madrid, lantas ke Mesir. Di
Mesir, Skorzeny direkrut jadi penasihat militer oleh pemerintahan
Mohamed Naguib yang banyak merekrut eks-perwira Jerman untuk melatih
tentara Mesir.
“Skorzeny juga melatih para pengungsi Palestina dengan dasar-dasar
kemiliteran. Satu di antara para pengungsi yang dilatih untuk menyusup
dan menyerang Israel di Jalur Gaza itu adalah Yasser Arafat (kemudian
jadi Ketua Organisasi Pembebasan Palestina 1969-2004),” singkap Glenn B.
Infield dalam Skorzeny: Hitler’s Commando.
Dari Mesir, petualangan Skorzeny berlabuh di Argentina, tempat dia
kemudian menjadi salah satu penasihat Presiden Juan Péron. Hingga hari
kematiannya pada 5 Juli 1975 karena kanker paru-paru,
Skorzeny memanfaatkan jabatannya untuk membantu banyak pelarian Nazi
dari Eropa ke Argentina via Madrid.
sumber: https://historia.id/militer/articles/otto-skorzeny-yang-ditakuti
Komentar
Posting Komentar