Salah satu keragaman budaya nusantara adalah pencak silat. Sendeng,
adalah varian silat khas Bugis. Sepertinya, sendeng adalah jenis bela
diri yang dikembangkan khusus untuk pertarungan diatas perahu. Hal ini
dikarenakan, sendeng tidak membutuhkan arena yang luas untuk bertarung.
Namun cukup sebuah papan.
Di masa lalu, pertarungan laut terjadi ketika dua kapal saling merapat. Papan dijadikan jembatan untuk menghubungkan dua kapal. Para petarung menggunakan papan untuk menyeberang ke kapal sebelah. Dan Sendeng, adalah silat yang dirancang khusus untuk pertarungan seperti itu.
Sebelum diterima jadi murid, seseorang harus di cera oleh sang Guru. Pial ayam diiris sedikit diambil darahnya. Dengan beberapa mantra kemudian seseorang sah memasuki perguruan Sendeng.
Tempat latihan sendeng, biasanya dibawah rumah (rumah tiang) yang ditutup. Latihan sendeng memang tidak dipertontonkan secara umum. Mungkin salah satu pertimbangannya adalah menjaga kerahasiaan dari jurus dan perguruannya.
Latihan pertama bagi seorang murid adalah kuda-kuda. Kuda-kuda dalam sendeng disebut mala ifi yang secara harafiah berarti "mengambil posisi tipis". Dalam latihan kuda-kuda, guru atau teman seperguruan akan naik dipaha yang memasang kuda-kuda. Maksudnya agar kuda-kuda benar-benar kokoh dan tidak jatuh apabila lawan mencoba menyapu kaki kuda-kuda.
Bila kaki kanan didepan maka kaki kiri segaris. Posisi tangan kanan didepan bersiap menangkis serangan dari depan. Dan posisi tangan kiri dibelakang didepan dada siap untuk memukul. Demikian pula sebaliknya. Jika dilihat dari depan, posisi Sendeng sangat tipis sehingga meminimalisir ruang pukul bagi lawan.
Sendeng, tidak menendang. Filosofinya adalah, apabila kaki sudah ditangkap berarti lawan akan hilang keseimbangannya dan mudah dijatuhkan. Sendeng hanya mengandalkan tangan untuk mengenai lawan. Baik dalam bentuk pukulan atau dorongan keras ke dagu lawan (Sadu').
Sendeng tidak mengenal variasi bunga. Bagi Sendeng, gerakan yang ada hanyalah memukul, menangkis dan bertahan. Bagi Sendeng, berada diruangan sempit adalah hal yang disukai. Sebab memang sifat Sendeng tidak membutuhkan ruang yang luas untuk beraksi.
Bila pendekar sendeng tersudut sehingga dibelakangnya hanya tembok, juga hal yang disukai. Sebab pendekar sendeng hanya memfokuskan pukulan dan serangan dari depan.
Singkat, ringkas, cepat, tepat dan mematikan adalah karakter Sendeng. Mungkin karena sendeng adalah bela diri keras yang bersifat mematikan, sehingga IPSI tidak pernah menerima sendeng sebagai bagiannya.
Namun terlepas dari itu semua, Sendeng adalah warisan budaya kita.
Di masa lalu, pertarungan laut terjadi ketika dua kapal saling merapat. Papan dijadikan jembatan untuk menghubungkan dua kapal. Para petarung menggunakan papan untuk menyeberang ke kapal sebelah. Dan Sendeng, adalah silat yang dirancang khusus untuk pertarungan seperti itu.
Sebelum diterima jadi murid, seseorang harus di cera oleh sang Guru. Pial ayam diiris sedikit diambil darahnya. Dengan beberapa mantra kemudian seseorang sah memasuki perguruan Sendeng.
Tempat latihan sendeng, biasanya dibawah rumah (rumah tiang) yang ditutup. Latihan sendeng memang tidak dipertontonkan secara umum. Mungkin salah satu pertimbangannya adalah menjaga kerahasiaan dari jurus dan perguruannya.
Latihan pertama bagi seorang murid adalah kuda-kuda. Kuda-kuda dalam sendeng disebut mala ifi yang secara harafiah berarti "mengambil posisi tipis". Dalam latihan kuda-kuda, guru atau teman seperguruan akan naik dipaha yang memasang kuda-kuda. Maksudnya agar kuda-kuda benar-benar kokoh dan tidak jatuh apabila lawan mencoba menyapu kaki kuda-kuda.
Bila kaki kanan didepan maka kaki kiri segaris. Posisi tangan kanan didepan bersiap menangkis serangan dari depan. Dan posisi tangan kiri dibelakang didepan dada siap untuk memukul. Demikian pula sebaliknya. Jika dilihat dari depan, posisi Sendeng sangat tipis sehingga meminimalisir ruang pukul bagi lawan.
Sendeng, tidak menendang. Filosofinya adalah, apabila kaki sudah ditangkap berarti lawan akan hilang keseimbangannya dan mudah dijatuhkan. Sendeng hanya mengandalkan tangan untuk mengenai lawan. Baik dalam bentuk pukulan atau dorongan keras ke dagu lawan (Sadu').
Sendeng tidak mengenal variasi bunga. Bagi Sendeng, gerakan yang ada hanyalah memukul, menangkis dan bertahan. Bagi Sendeng, berada diruangan sempit adalah hal yang disukai. Sebab memang sifat Sendeng tidak membutuhkan ruang yang luas untuk beraksi.
Bila pendekar sendeng tersudut sehingga dibelakangnya hanya tembok, juga hal yang disukai. Sebab pendekar sendeng hanya memfokuskan pukulan dan serangan dari depan.
Singkat, ringkas, cepat, tepat dan mematikan adalah karakter Sendeng. Mungkin karena sendeng adalah bela diri keras yang bersifat mematikan, sehingga IPSI tidak pernah menerima sendeng sebagai bagiannya.
Namun terlepas dari itu semua, Sendeng adalah warisan budaya kita.
sumber: https://www.diskusilepas.id/2014/02/mengenal-sendeng-pencak-silat-khas-bugis.html
Komentar
Posting Komentar