Dipaksa ikut acara syukuran komandan, Solichin GP terpaksa ikut meski lelah. Tak tahu bila ternyata diberi "hadiah".
PERINTAH
Presiden Sukarno agar Kahar Muzakkar ditangkap hidup atau mati sebelum
17 Agustus 1964 menjadi tugas berat yang harus dilaksanakan dengan
sukses oleh Pangdam Hasanuddin Kolonel M. Jusuf. Untuk itu, Jusuf
meminta tambahan pasukan dari Siliwangi.
“Untuk
menumpas Kahar Muzakkar, selain berhasil mendapat 2 brigade infantri
dari Siliwangi plus Yon 330, Panglima Jusuf juga mendapat dukungan
sejumlah perwira staf dari Siliwangi. Salah seorang yang kemudian
berperan penting dalam operasi pemulihan keamanan di Sulawesi Selatan
adalah Kolonel Infantri Solichin GP. Oleh Jusuf ia dijadikan Kepala Staf
Operasi ‘Kilat’,” tulis Atmadji Sumarkidjo dalam Jenderal M. Jusuf Panglima Para Prajurit.
Keputusan
Jusuf memilih Solichin GP tepat. “Penghujung 1964 pasukan Siliwangi, di
bawah komando Solichin, berhasil memburu Kahar Muzakkar dan sisa-sisa
gerombolan DI/TII sampai memasuki wilayah Sulawesi Tenggara,” tulis
Syafruddin Usman dalam Tragedi Patriot dan Pemberontak Kahar Muzakkar.
Operasi militer yang digelar mulai April 1964 itu berhasil
diselesaikan pada 3 Februari 1965 dengan tertembaknya Kahar, mantan
atasan Jusuf selama revolusi.
Karena
kinerja apik Solihin itulah Jusuf tak pernah melupakannya. Termasuk
ketika Jusuf sudah diangkat Presiden Sukarno menjadi Menteri
Perindustrian Ringan di Kabinet Dwikora I. Saat menjabat sebagai menteri
itu Jusuf masih tetap menyandang jabatan Pangdam Hasanuddin karena
Menpangad Letjen A. Yani sampai wafatnya belum sempat menunjuk pengganti
Jusuf. Akibatnya, Jusuf mesti mondar-mandir Jakarta-Makassar.
Baca juga: Panglima Doyan Ngebut
Menetapnya
Jusuf di Jakarta baru terjadi setelah G30S. Menpangad Jenderal Soeharto
yang membutuhkan tenaga Jusuf, akhirnya mencari orang yang pas untuk
meminpin Kodam Hasanuddin. Setelah berkonsultasi dengan Jusuf, Soeharto
menunjuk Solichin.
Penunjukan
itu tak diberitakan langsung kepada Solichin. Akibatnya ketika dia
bertemu Jusuf dalam sebuah kesempatan di Makassar tak lama kemudian, dia
menolak ajakan Jusuf untuk menghadiri acara syukurannya karena merasa
lelah. Namun karena Jusuf memaksa, Solichin tak kuasa menolak.
Sesampainya
di Jakarta, Solichin tak dibawa Jusuf ke rumahnya atau penginapan, tapi
langsung ke tempat acara. Tenda dan deretan kursi serta podium langsung
menyambut pandangan matanya. Namun karena lelah dan kantuk yang tak
tertahankan, Solichin akhirnya mulai tertidur saat Jusuf menyampaikan
pidatonya. Meski masih mendengar secara samar ketika Jusuf mengatakan
tugasnya di Makassar sudah berakhir mulai hari itu, Solichin akhirnya
kalah oleh kantuknya dan pulas.
Sementara,
Jusuf terus melanjutkan pidatonya yang juga diisi dengan kejahilannya.
“Selanjutnya saya akan melaksanakan tugas baru di Jakarta. Yang akan
menggantikan tugas saya sebagai Panglima di Kodam XIV Hasanuddin ini
adalah perwira yang sedang ngorok di sebelah saya ini,” kata Jusuf,
dikutip Atmadji.
Baca juga: Jenderal Takut Kepergok Merokok
Pidato
Jusuf sontak disambut gelak-tawa para hadirin. Sebaliknya, pidato itu
membuat panik Letnan Said, ajudan Solichin. Sang ajudan buru-buru
membangunkan komandannya sambil memberitahu apa yang baru saja dikatakan
Jusuf. Solichin yang kaget setelah bangun, langsung duduk dengan tegak.
Sikap itu tak mendapat respon apapun dari Jusuf.
Usai
acara, kejahilan Jusuf pun diprotes Solichin. “Pak, kalau menunjuk saya
menjadi panglima, kasih tahu dulu dong. Jangan di saat saya lagi tidur.
Saya jadi malu, nanti bagaimana penilaian rakyat kepada saya?”
“Ah, kau bereskan saja nanti!” jawab Jusuf santai.
sumber: https://historia.id/histeria/articles/m-jusuf-kerjai-solichin-gp-saat-tertidur
Komentar
Posting Komentar