http://alifrafikkhan.blogspot.com/2009/12/pertempuran-eben-emael-1940-puncak.html





Fallschirmjäger dari grup Koch, berfoto tanggal 12 Mei 1940, tak lama setelah dengan gilang gemilang berhasil menguasai benteng Eben-Emael

Oleh : Delly Soewandi

Serangan komando Fallschirmjäger menjadi kurikulum wajib pasukan komando dan akademi militer sedang dipelajari dan dimainkan secara taktis ala tablegame.

Sturmgruppe Granit di Benteng Eben Emael, 10 Mei 1940 Rencana Jerman untuk Blitzkrieg front Barat (operasi Fall Gelb) di awal Perang Dunia II, untuk menyerang dan menundukkan Perancis dan negara-negara dataran rendah akan dilaksanakan setelah menundukkan Polandia (September 1939) yang sebagai daerah netral untuk berhadapan dengan Russia.

Pola strategi besarnya hampir sama dengan strategi saat Perang Dunia I yaitu Schlieffen Plan namun telah di revisi atas usulan Generaloberts Erich von Manstein menjadi Sichelschnitt, yaitu:

- Heeresgruppe B melakukan sapuan dari sayap kanan melewati Belanda, Belgia dan Luksemburg (negara-negara dataran rendah) untuk memancing pasukan utama Perancis dan British Expeditionary Forces membantu Belanda dan Belgia.

- Heeresgruppe A sebagai serangan utama dan dari tengah akan memotong dan mengurung pasukan Perancis dan British Expeditionary Forces melalui hutan Ardennes, menyebrangi sungai Meuse dan dari kota Sedan menuju daerah pantai di Boulogne, Calais dan Dunkirk di tepian English Channel dan Laut Atlantic.

- Heeresgruppe C sebagai pancingan agar pasukan-pasukan Perancis tetap mematung di garis pertahanan / benteng-benteng Maginot.

Jerman, baik di awal maupun selama Perang Dunia II, lebih mengandalkan strategi, organisasi tempur (Battle Order) yang lebih modern, efektif efisien dan penguasaan medan, daripada banyaknya jumlah peralatan dan pasukan.
Struktur serangan dari operasi Fall Gelb (kasus kuning) di pecah-pecah ke dalam operasi-operasi yang lebih kecil dan independen dengan koordinasi yang tinggi.

Target-target strategis dan penting (dengan urutan teratas) di Belgia untuk sebagian pelaksanaan operasi Fall Gelb yang harus direbut dan diamankan:
1) Jembatan Vroenhoven.
2) Benteng Eben Emael.
3) Jembatan Veldwezelt.
4) Jembatan Kanne.
Dimana selanjutnya jembatan-jembatan tersebut akan digunakan 6. Armee (Angkatan Darat ke 6) untuk penetrasi lebih jauh ke Belgia.

Alasan mengapa Benteng Eben Emael secara militer dianggap sebagai target kedua terpenting:

1) Memiliki 6 kanon artileri kaliber 120mm jarak tembak 18 km dan 2 di antaranya dapat berotasi 360 derajat dalam kubah baja kokoh, 16 kanon artileri kaliber 75mm jangkauan tembak 8 km (4 di antaranya dalam kubah baja yang dapat menembak ke segala arah). Kanon artileri tersebut dapat melindungi kota Maastricht di Utara dan kota Vise di Selatan. Selain itu, memiliki 12 kanon anti-tank kaliber 60mm, 24 heavy machine-gun, 6 light machine-gun, 4 kanon penangkis serangan udara kaliber 60mm dan 6 lampu sorot. Artileri tersebut terutama yang berkaliber 120mm, dapat digunakan pasukan Belgia utk menghancurkan ketiga jembatan penting dan menghambat gerak maju pasukan Jerman.

2) Benteng ini mulai dibangun tahun 1932 dan selesai 1935 dengan biaya sekitar 24 juta Francs kala itu, dibangun karena pengalaman buruk Belgia terhadap Jerman saat Perang Dunia I. Dibangun pada bukit berbatuan Granit dengan ketinggian 50 meter dari permukaan laut dan terlindungi oleh faktor alam serta pertahanan buatan, berada di tepian Albert Canal pada bagian Utara dan sungai Meuse di bagian Timur, jebakan / parit tank selebar 20 meter dengan panjang 1.500 meter serta kawat berduri di bagian Barat dan Selatan, dan hanya memiliki satu pintu masuk.
Panjang benteng keseluruhan yang membentuk segitiga utara-timur 900 meter dan timur-selatan 700 meter, dengan kedua sisi yang paling lebar 300 meter dan berada di atas tanah seluas 5 hektar. Memiliki 2 lantai di dalam bukit (berada di atasnya Pillboxes, Casemates, Bunkers dengan periskop intip dan Cupolas, berikut variasi atap-atap dengan ketinggian 5 meter).
Kedua lantai bawah bukit dan atap-atap tersebut dihubungkan dengan tangga, dimana terdapat dua tangga utama, dua lift dan koridor sepanjang 4.5 km di bawah bukit (transportasi perwira dalam benteng memakai sepeda).
Serupa dengan Perancis dengan Benteng Maginot-nya, Belgia masih menganut pola fortifikasi dan Trench War karena belum memiliki inovasi strategi untuk meredam senapan mesin dan hantaman artileri berat saat pergerakan pasukan yang lebih mobile dan elastic dalam pola-pola serangan maupun pertahanan mereka.Benteng Eben Emael sangat well-situated, well-armed dan well-defended strongpoint, sangat sulit ditembus dan direbut dari segala arah, begitulah keyakinan para petinggi dan prajurit Belgia, rakyat Belgia dan pengamat militer kala itu.

3) Memiliki sebuah garnisun berkekuatan 1.200 serdadu (sekitar 500 serdadu bertugas melayani kanon-kanon tersebut) di dalam Benteng Eben Emael, yang dapat bertambah dengan infantry support dari barak-barak di luar Benteng yang terlindungi oleh faktor alam dan buatan, hingga mereka dapat bertahan selama beberapa minggu walaupun terkepung, memiliki 6 generator sebagai pembangkit listrik sendiri.

Bila Jerman melakukan penyerangan atau perebutan target-target strategis tersebut dilakukan dengan frontal assault, sangat besar kemungkinan jembatan-jembatan penting di sungai Meuse dan Albert Canal akan rusak atau hancur seluruhnya karena diledakkan pasukan Belgia guna menghambat laju serangan pasukan Jerman. Terutama Benteng Eben Emael, frontal assault sama saja bunuh diri atau akan mengorbankan ribuan serdadu dan peralatan untuk merebutnya.
Kanon dengan kaliber tersebut yang dimiliki Eben Emael pada permulaan Perang Dunia II cukup mutakhir, mengingat panzer-panzer Jerman yang berjumlah 2.800 panzer pada permulaan perang, 90% kanonnya berkaliber 50mm dan 37mm, sedangkan howitzer-nya berkaliber 98mm & 105mm.

Penggodokan serangan ke Belgia dimulai pada bulan November 1939, dilakukan para petinggi militer Jerman dan salah satu penggagasnya Generalmajor Kurt Student.Cara apa yang harus dilakukan dan bagaimana, bila dengan pasukan payung, bagaimana cara agar tetap menjaga unsur kecepatan, dadakan dan komando terarah.

Akhirnya diputuskan bahwa serangan pembuka ke target-target strategis akan dilakukan oleh Fallschirmjäger tetapi tidak dengan terjun payung, namun dengan pesawat tanpa mesin tanpa suara, yaitu Glider DFS-230, alasannya:

= Menjaga unsur kecepatan, dadakan dan koordinasi serangan pasukan kecil tersebut.
= Ketepatan mendarat pasukan payung kurang akurat, melebar dan serdadunya tersebar.
= Pasukan diterjunkan dengan payung, mendarat dengan senjata dan peralatan yang terpisah, setelah mendarat mereka harus melepas payung terlebih dahulu lantas mencari kontainer peralatan dan regunya.
= Kontainer peralatan tidak dapat membawa peralatan untuk heavy infantry seperti: ekstra stielgranate, flame-thrower, demolition-charge, hollow-charge, bangalores, heavy machine-gun MG 34 dan assault-ladder, yang akan sangat berguna untuk merebut dan mempertahankan target-target jembatan, terutama Benteng Eben Emael dalam tempo singkat.

Hauptmann Walter Koch ditugaskan sebagai operator lapangan dalam serangan ke target-target di Belgia tersebut, dimana dia memilih personelnya dari I Bataillon, 1 Fallschirmjäger Regiment (I / FJR1) dan Oberleutnant Rudolf Witzig dari II Pionier Bataillon, 1 Fallschirmjäger Regiment (II / FJR1), pasukan ini disebut dengan Sturmabteilung Koch (Detasemen Serangan Koch).

Battle Order dari Sturmabteilung Koch yang terbentuk dengan perincian urutan:
Target = Kode Unit Tempur = Jumlah Gliders = Jumlah Serdadu):

1) Jembatan Vroenhoven = Sturmgruppe Beton = 11 Gliders = 5 perwira = 129 serdadu (Kapten Koch berada disini).

2) Benteng Eben Emael = Sturmgruppe Granit = 11 Gliders = 2 perwira = 85 serdadu (Letnan Witzig berada disini).Jumlah Glider sama dengan Beton tapi perwira dan serdadunya lebih sedikit, karena peralatan yang dibawa seperti: ekstra stielgranate, flame-thrower, demolition-charges, hollow-charges, bangalores, tangga dan heavy machine-gun.

3) Jembatan Veldwezelt = Sturmgruppe Stahl = 10 Gliders = 1 perwira = 91 serdadu.

4) Jembatan Kanne = Sturmgruppe Eisen = 10 Gliders = 2 perwira = 88 serdadu.

Pelatihan secara intensif dan rahasia Sturmgruppe Granit dilakukan di Hidelsheim hampir selama 6 bulan dengan menggunakan bunker-bunker buatan dan pengenalan medan melalui maket-maket untuk penentuan regu yang mengamankan 31 Werks (target) di atas benteng, serta pencarian informasi dari perusahaan dan orang-orang yang pernah mengerjakan proyek pembuatan benteng, agar diperoleh detail benteng tersebut.
Bukan hanya serdadu, pilot-pilot Glider juga dilatih secara intensif pada sebuah benteng Ceko yang hampir mirip dengan Eben Emael, terutama untuk pengaturan pendaratan atau memendekkan rentang pendaratan yang dibuatkan tambahan gulungan kawat dan berfungsi sebagai tambahan rem pada rel kayu pendaratan.

Rencana serangan Sturmgruppe Granit pada benteng Eben Emael:
1) Gliders akan ditarik JU-52 mulai pukul 04.30 pagi hari 10 Mei 1940 dan dari dua lapangan terbang di luar kota Koln: Ostheim dan Butzweilerhof.
2) Selama perjalanan menuju sasaran, tidak ada penggunaan radio komunikasi, unsur kejutan dadakan dan kesenyapan harus tetap terjaga.
3) JU-52 akan terbang dengan kecepatan 140 km perjam, dipandu dengan flare path sepanjang 20 km dari bawah, mulai Aachen menjelang perbatasan Jerman-Belgia, serta untuk memandu pelepasan Gliders.
4) Gliders akan terlepas dari JU-52 saat masih dalam wilayah Jerman, untuk menghindari kecurigaan dari suara mesin JU-52 dan dari ketinggian 2.500 meter dengan jarak tersisa ke benteng Eben Emael sejauh 35 km dengan kecepatan terbang Gliders 124 km perjam. 5) Sebelas Gliders akan mendarat di atas benteng, saat matahari mulai terbit di belakang mereka pukul 05.30, hingga serdadu-serdadu jaga Belgia akan kesilauan dan tidak menyangka akan kedatangan tamu tak diundang yang modern tanpa suara, dari atas dan dari arah terbit matahari.
6) Sebelas Gliders berisi 11 regu dengan tugas masing-masing regu terarah begitu mereka mendarat dan keluar dengan cepat dari Gliders untuk mengambil posisi serta melumpuhkan seluruh kanon berikut machine-gun support nya.
7) Tugas-tugas Fallschirmjäger terbagi dalam 31 Werks. Satu Glider berisi sang komandan Sturmgruppe Grani, Letnan Witzig dengan pasukan cadangannya, Trupp 11.
8) Operasi direncanakan memakan waktu sekitar 4 jam (berikut kemungkinan menahan serangan balik pasukan Belgia dari luar benteng atau dari dalam benteng) dan setelah itu pada pukul 10.00, akan digantikan 51. Pionier Bataillon dari 6. Armee yang akan melewati Jembatan Kanne yang diamankan Sturmgruppe Eisen.
9) 5 menit setelah pendaratan Gliders (pukul 05.35) Heeresgruppe B (6. Armee ke Belgia) akan memulai serangan ke negara-negara dataran rendah.

Rencana pertahanan Belgia:
1) Menunggu, terutama keyakinan mereka yang tinggi akan keampuhan benteng Eben Emael yang tidak dapat / sukar ditembus dari segala arah.
2) Menghancurkan 3 jembatan penghubung ke daratan utama Belgia begitu tahu ada serangan.
3) Kanon jarak jauhnya dari Benteng Eben Emael akan mengganggu pergerakan bala tentara Jerman, terutama saat membuat pontoon bridge atau memperbaiki jembatan rusak dan menyebrangi sungai Meuse dan Albert Canal.
4) Bertahan selama mungkin untuk menunggu bantuan dari bala tentara Perancis dan British Expeditionary Forces.

Hasil diperoleh saat operasi Sturmgruppe Granit dari masing-masing rencana:
1) Glider yang mengangkut Letnan Witzig sang komandan dari Sturmgruppe Granit dan Trupp 11 (regu cadangan), tali penariknya mengalami kerusakan, terlepas dan melakukan pendaratan darurat masih di sekitar Koln.
2) Glider yg mengangkut Trupp 2 juga mengalami gangguan sehingga mendarat di Duren dekat dengan perbatasan Jerman-Belanda.
3) Berarti hanya 9 Gliders yang mendarat di benteng dengan 55 serdadu dan 9 pilot berfungsi sebagai serdadu begitu mendarat dengan menembakkan light machine-gun M15 dari jendela kokpit untuk covering fire.
4) Glider pertama yang mendarat di benteng dan mengangkut Trupp 8, mendarat pada pukul 05.24, di bawah hujan tembakan penangkis serangan udara yang terlambat mengetahuinya, lalu diikuti dengan Glider yang mengangkut Trupp 5 dan seterusnya.
5) Karena Letnan Witzig berhalangan hadir saat operasi, seharusnya komandan pengganti adalah Leutnant Egon Delica, tetapi Glider yang mengangkut Trupp 1 mendarat sekitar 200 meter dari sasaran pendaratan karena remnya terlalu berfungsi dan diberondong heavy machine-gun dari Casemate 18. Oberfeldwebel (Sersan-Mayor) Helmut Wenzel dari Trupp 4 berinisiatif bahwa Letnan Delica tidak dapat mengambil alih posisi Letnan Witzig, maka dia menyalakan radio komunikasi untuk kontak dengan Kapten Koch di Vroenhoven, memberitahu posisi / situasi, kontak pembom tukik Stuka untuk menyerang posisi pasukan pendukung Belgia di luar bentang yang mulai menyusun serangan balik ke pintu masuk benteng, mengatur serangan secara keseluruhan Trupp di atas benteng dan selanjutnya juga meminta tambahan amunisi.
6) Sekitar 20 menit dari seluruh pendaratan 9 Gliders, target-target utama seperti meriam kaliber 120mm dan kaliber 75mm berikut machine-gun support nya telah dilumpuhkan, kanon-kanon tersebut belum sempat bereaksi untuk menghantam tiga target dari jembatan penting tersebut.
7) Sturmgruppe Eisen di bawah komando Oberleutnant Schachter yang bertugas merebut Jembatan Kanne mengalami perlawanan sengit, dia sendiri terluka serius, dan pasukan Belgia sempat meledakkan jembatan (perlu perbaikan kurang lebih setengah hari untuk dapat dipakai kembali), berarti serdadu pengganti Sturmgruppe Granit di benteng Eben Emael, 51. Pionier Bataillon akan terhambat sekitar 12 jam.Pertempuran di Jembatan Kanne sendiri berlangsung sengit, sampai pasukan induk ikut membantu Sturmgruppe Eisen dan baru selesai pertempurannya pada sore hari.
8) Letnan Witzig dan Trupp 11 mendarat di benteng dengan Glider lain dari Koln pada pukul 08.30, Serma Wenzel memberikan laporan situasi bahwa semua target utama sudah dilumpuhkan, dan tinggal menahan serangan balik dari pasukan Belgia, baik dari dalam maupun luar benteng dan menunggu pasukan pengganti dari 51. Pionier Bataillon yang terhambat dan kemungkinan akan tiba pagi esok harinya pada tanggal 11 Mei.Letnan Witzig setelah menerima laporan situasi dari Serma Wenzel, memerintahkan agar dikibarkan bendera Jerman sebagai tanda bahwa Eben Emael telah dikuasai.
9) Pasukan Belgia di dalam benteng tidak dapat berbuat banyak, karena mereka tidak dapat naik ke atap benteng, ditahan dengan tembakan gencar dari MG34, dilempari granat ”potato masher” dan disembur flame-thrower nya Sturmgruppe Granit. Dari dalam benteng, pasukan Belgia juga tidak bisa keluar, karena ditembaki dari atas. Pasukan dari luar benteng beberapa kali melakukan serangan balik, namun disapu dengan MG34 dari atas benteng, kejadian ini berlangsung sampai dini hari tanggal 11 Mei.
10) Malam hari Trupp 2 yang melakukan pendaratan darurat di Duren sampai di Eben Emael, mereka naik truk, lantas bergerak jalan kaki menghindari rintangan-rintangan benteng dan naik ke atas benteng, memberikan bukti bahwa pertahanan dan koordinasi serangan pasukan Belgia dari luar benteng sudah mengendor dan tidak terkoordinasi.
11) Pasukan Belgia menembakkan mortir dan light howitzer dari luar benteng, konon sekitar 2.300 peluru high-explosive dimuntahkan, namun hasilnya nihil karena Sturmgruppe Granit sudah berada pada posisi well-fortified.
12) Pagi hari pada pukul 07.00 tanggal 11 Mei 1940, 51. Pionier Bataillon dengan menggunakan perahu karet mulai menyebrangi Albert Canal, lantas bergabung bersama-sama Sturmgruppe Granit untuk melakukan pengamanan di dalam dan di luar benteng.
13) Pukul 12.00, Major Jottrand, komandan garnisun Belgia memberi tanda ketukan morse pada pintu besi di tingkat 1 sampai tiga kali, menyatakan bahwa mereka siap menyerah.
14) Major Jottrand keluar ke atas benteng ditemani ajudannya dengan bendera putih, ditemui Letnan Witzig, saling memberi hormat militer, dan Major Jottrand menyerahkan benteng Eben Emael.
15) Korban Sturmgruppe Granit, 6 tewas dan 18 terluka, sekitar 1.200 serdadu Belgia menyerahkan diri dengan korban tewas dan terluka sekitar 400, dimana mayoritas korban berasal dari luar benteng.
16) Semua perwira dari Strurmabteilung Koch menerima Ritterkreuz (Knight Cross) begitu pula Serma Wenzel dan semua serdadu Fallschirmjäger menerima Iron Cross kelas 1.

Keberhasilan Blitzkrieg dan serangan komando Sturmabteilung Koch, terutama Sturmgruppe Granit di benteng Eben Emael, membuka mata militer dunia dan merubah total konsep perang pada masa itu yang masih mengandalkan numerical superiority, manuver massal, serangan dengan human wave, konsep fortification dan static defense.

Hal-hal yang menarik diketahui selama dan setelah operasi Benteng Eben Emael:
- Oberjäger Ernst Grechza dari Trupp 5 merupakan satu-satunya serdadu dari Strurmabteilung Koch yang hanya menerima Iron Cross kelas 2. Sebelum berangkat pada 10 Mei pagi hari, kantin minumnya diisi dengan Rum dan bermaksud untuk diberikan kepada rekannya yang terluka nanti di Eben Emael. Tapi dia tidak sanggup menahan godaannya untuk minum rum sendirian dan kebanyakan sampai mabuk. Kedapatan sedang duduk merosot di dekat kubah kanon 120mm, dimana kubah tersebut sedang berputar dan masih berfungsi, lantas ditarik Serma Wenzel menjauh dari kubah.
- Pasukan Belgia yang tertawan dipindahkan dari Eben Emael ke Dortmund, mereka disembunyikan dan diisolasi sementara dari tawanan perang lainnya. Karena mereka sebagai saksi atas dua senjata rahasia dan baru yang digunakan Jerman yaitu Glider dan hollow-charge. Hitler memerintahkan semua keberhasilan dari hollow-charge di Eben Emael di tutup semen, untuk menyembunyikan bukti dari senjata baru rahasianya. Ini dilakukan sebelum tamu-tamu dari negara lain dipersilahkan mengunjungi Eben Emael dua bulan kemudian.
- Satu serdadu tawanan Belgia di kemudian hari secara sukarela mendaftar, lulus seleksi dan diterima menjadi serdadu dari Waffen-SS divisi ke 27 Langemarck dan tewas di front timur.


Komentar