Setelah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam selamat dari pembakaran, maka beliau berdakwah kepada Raja negeri tersebut (Babil), yaitu Namrud.
Debat antara Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan Namrud, Raja yang Mengaku Tuhan
Dahulu raja dunia bagian Timur dan Barat ada empat; dua orang mukmin
dan dua orang lagi kafir. Dua orang raja yang mukmin adalah Raja
Dzulqarnain dan Sulaiman, sedangkan dua raja yang kafir adalah Namrud
dan Bukhtanashhir.
Di antara dua raja kafir tersebut, yang didebat oleh Ibrahim ‘alaihissalam adalah Namrud seorang raja Babil. Nabi Ibrahim berdakwah kepada Raja Namrud karena dia mengaku dirinya sebagai Tuhan (ada yang mengatakan bahwa ia berkuasa ketika itu selama 400 tahun).
Berikut ini kisahnya dalam Alquran:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim
tentang Tuhannya karena Allah telah memberikan kepada orang itu
pemerintahan. Ketika Ibrahim mengatakan, “Tuhanku adalah Yang
menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata, “Saya dapat
menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari Timur, maka terbitkanlah dia dari Barat,” lalu
terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.” (QS. Al Baqarah: 258)
Pada ayat di atas Namrud meminta Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menunjukkan bukti keberadaan Allah Ta’ala, maka Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata, “Tuhanku adalah yang mampu menghidupkan dan mematikan,” yakni bukti keberadaan Allah Ta’ala
adalah adanya sesuatu dan hilangnya sesuatu setelah adanya, karena
sudah pasti setiap yang ada pasti ada yang mengadakannya, Dialah Allah Ta’ala Tuhan alam semesta.
Namrud pun menjawab, “Aku juga bisa menghidupkan dan mematikan”,
maksud menghidupkan adalah dengan membiarkan hidup atau tidak jadi
dibunuh orang yang harus dibunuh. Sedangkan maksudnya bisa mematikan
adalah dengan membunuh seeorang.
Kata-kata ini sebenarnya dia ucapkan hanya untuk membantah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan untuk membenarkan dakwaannya “mengaku tuhan” padahal jawaban ini sangat lemah sekali.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kemudian mengatakan, “Sesungguhnya Allah yang menerbitkan matahari dari Timur maka terbitkanlah dari Barat!” Ketika itu diamlah si thaaghut ini dan tidak bisa menjawab apa-apa.
Hijrahnya Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam
Untuk selanjutnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
memutuskan berhijrah dari negeri tersebut, melihat karena tidak ada
yang beriman selain istrinya Sarah dan putera saudaranya, yaitu Luth ‘alaihissalam,
maka ia pun berhijrah dari satu tempat ke tempat yang lain hingga
sampai di Palestina. Di sanalah beliau tinggal beberapa lama, beribadah
kepada Allah dan megajak manusia untuk beribadah kepada Allah.
Setelah berlalu beberapa tahun, maka negeri tersebut ditimpa kemarau panjang, hingga mendesak Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
untuk hijrah ke Mesir. Ketika itu, di Mesir ada seorang raja yang kejam
namun suka kepada wanita, ia memiliki beberapa pembantu yang
membantunya untuk memperoleh apa yang ia inginkan.
Para pembantunya berdiri di pinggiran negeri untuk memberitahukan
kepada raja wanita-wanita cantik yang datang ke Mesir. Saat mereka
melihat Sarah, dimana ia adalah wanita yang sangat cantik, maka mereka
menyampaikan kepada raja dan memberitahukan kepadanya bahwa bersamanya
ada seorang laki-laki, maka raja pun mengeluarkan perintahnya untuk
membawa laki-laki itu.
Tidak beberapa lama, beberapa tentara datang dan membawa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada raja. Ketika tiba di hadapannya, maka raja bertanya kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
tentang wanita yang bersamanya, lalu Nabi Ibrahim menjawab, “Ia adalah
saudarinya.” Rajanya berkata, “Bawalah ia ke hadapanku.” Maka Nabi
Ibrahim pergi menemui Sarah dan memberitahukan kepadanya apa yang
disampaikannya kepada raja dan perkatannya, bahwa Sarah adalah
saudarinya.
Lalu Sarah pun pergi ke istana. Ketika raja melihatnya, maka raja
terpesona melihat kecantikannya dan langsung berdiri menghampirinya,
tetapi Sarah berkata, “Saya ingin shalat dan berwudhu (dahulu).” Maka
raja pun mengizinkannya. Lalu Sarah berwudhu dan shalat, setelah itu ia
berdoa, “Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa aku beriman
kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, dan aku menjaga kehormatanku selain
kepada suamiku, maka janganlah engkau berikan kekuasaan kepada orang
kafir ini.” Maka Allah mengabulkan permohonannya, menjaganya dan
memeliharanya. Sehingga setiap kali, raja ingin memegangnya, maka
tangannya tergenggam atau tercekik, hingga raja pun meminta Sarah agar
berdoa kepada Allah agar tangannya terbuka dan raja tidak akan
menimpakan bahaya apa-apa kepadanya. Kejadian ini berulang sampai tiga
kali.
Saat raja mengetahui, bahwa ia ternyata tidak berkuasa kepadanya,
maka raja memanggil sebagian pembatunya dan berkata kepada mereka,
“Kalian tidak membawaku seorang manusia, bahkan membawa kepadaku seorang
setan.” Lalu ia memerintahkan para pembantunya untuk memberikan Hajar
kepadanya untuk menjadi pelayannya. (Hal ini sebagaimana disebutkan
dalam riwayat Ahmad dan Bukhari).
Maka Sarah pun kembali kepada suaminya tanpa diganggu sedikit pun oleh raja, lalu Sarah mendapatkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam keadaan shalat. Saat Sarah sampai, maka Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
melihatnya dan bertanya kepadanya tentang hal yang terjadi? Sarah pun
menjelaskan, bahwa Allah menolak tipu daya raja itu kepadanya dan
memberikan kepadanya seorang budak bernama Hajar untuk melayaninya.
Setelah beberapa lama, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kembali ke Palestina. Di tengah perjalanan, putera saudaranya, yaitu Luth ‘alaihissalam meminta izin kepadanya untuk pergi ke negeri Sadum untuk mengajak penduduknya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan meninggalkan perbuatan keji yang selama ini mereka lakukan, maka
Nabi Ibrahim memberinya sebagian binatang ternak dan harta, dan ia
melanjutkan perjalanannya bersama keluarganya ke Palestina hingga tiba
di sana, dan di sana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tinggal beberapa lama.
Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam Meminta Kepada Allah Agar Ditunjukkan Bagaimana Dia Menghidupkan Orang yang Mati
Suatu hari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
meminta kepada Allah, agar Dia memperlihatkan kepadanya bagaimana Dia
menghidupkan orang-orang yang telah mati. Hal ini sebagaimana yang
difirmankan Allah Ta’ala di surat Al Baqarah: 260:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku,
perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.”
Allah berfirman, “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab, “Aku telah
meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).”
Allah berfirman, “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu
cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman), “Lalu letakkan di atas
setiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian
panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan
ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.”
Maka Nabi Ibrahim melaksanakan perintah itu, beliau menyembelih empat
ekor burung dan meletakkan bagian-bagian badannya di atas beberapa
bukit, lalu beliau kembali ke tempat semula sambil berdiri menghadap ke
arah bukit dan memanggil burung-burung yang telah disembelih dan
dipisah-pisah badannya itu, tiba-tiba burung itu hidup kembali dan
datang kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Artikel www.KisahMuslim.com
Komentar
Posting Komentar