Nama Lengkap | Khalid bin Walid bin Mughirah AlMakhzumi |
Julukan | Saifullah Al-Maslul (Pedang Allah yang Terhunus) |
Tahun Kelahiran | 592 M |
Tempat Kelahiran | Makkah |
21 H/642 M | |
Tahun Wafat | |
Tempat Wafat | Homsh, Suriah |
Lingkup Hidup | Masa Nabi dan Khulafaurrasyidin |
Musuh-musuhnya | Orang-orang kafir, orang-orang murtad, Persia, Byzantium |
Dia adalah Khlalid bin Walid bin Mughirah Al-Makhzumi, seorang Persia dan panglima Islam. Rasulullah menjulukinya dengan Saifullah Al-Maslul (Pedang Allah yang Terhunus). Dia memerangi negara Persia, Romawi, dan Syam. Ia meninggal dan dikuburkan di Homsh.
Kelahirannya
Khalid bin Walid dilahirkan di Makkah
pada tahun 595 M. Ayahnya Walid bin Mughirah adalah majikan Bani
Makhzum, dan termasuk pembesar suku Quraisy. Dia seorang saudagar yang
kaya, memiliki nasab dan kedudukan yang tinggi, sehingga tidak ingin ada
orang yang memberikan makanan kepada orang lain kecuali hanya dirinya
sendiri; terutama pada musim-musim haji dan di Pasar Ukaz. Dia dijuluki
dengan wewangiannya Quraisy. Karena setiap tahun dia menyelimuti Ka’bah
dengan hiasan, dan kaum Quraisy mengumpulkan dan memasangkan hiasan itu
setiap tahun. Ibunya adalah Lubabah binti Harits Al-Hilaliyah.
Khalid bin Walid memiliki enam saudara
laki-laki dan dua saudara perempuan. Dia tumbuh berkembang bersama
mereka dalam kehidupan yang berkecukupan. Khalid berlatih menunggang
kuda sejak kecil dan telah memperlihatkan keterampilan yang istimewa.
Dia salah satu dari dua orang yang berperang dengan menggunakan pedang,
pada waktu yang sama (ia dan Zubair bin Awwam), juga mampu mengendalikan
kuda dengan kedua kakinya. Oleh karena itu kemahirannya dalam
menunggang kuda menjadikannya salah satu komandan kavaleri suku Quraisy.
Khalid bin Walid Sebelum Masuk Islam
Khalid tidak ikut serta dalam Perang
Badar. Karena dia berada di negeri Syam pada saat terjadinya Perang
Badar pertama antara kaum muslimin dan kaum musyrik Quraisy. Dan pada
waktu terjadinya Perang Uhud dia ikut memerangi kaum muslimin. Dialah
yang mempunyai peran utama dalam menggagalkan kemenangan kaum Muslimin
pada Perang Uhud. Hal itu disebabkan terbunuhnya pasukan pemanah kaum
muslimin yang masih tersisa di Bukit Rimah. Khalid berputar mengelilingi
tentara muslimin dan menusuknya dari belakang, lalu dia melakukan
serangan yang mengakibatkan kekacauan dan kebingungan barisan tentara
muslimin dalam perang ini, sehingga banyak sekali yang terbunuh.
Dalam Perang Ahzab, Qutaibah memimpin pasukan berkuda (kavaleri) kaum musyrikin berusaha untuk menembus parit yang digali oleh kaum muslimin untuk melindungi Madinah. Ketika bermacam usaha mereka tidak berhasil, lalu mereka pulang. Pada waktu itu Khalid bersama Amr bin Ash menjadi pelindung pasukan paling belakang. Setelah itu dia menjadi kepala pasukan berkuda Quraisy yang hendak mengalihkan kaum muslimin dari Makkah dalam Perang Hudaibiyah.
Keislamannya
Khalid bin Walid sangat ragu-ragu untuk
bergabung dan masuk Islam. Namun kemudian, meskipun terlambat, akhirnya
ia condong dan masuk Islam pada bulan Shafar tahun delapan Hijriyah,
enam bulan sebelum Fathu Makkah, atau dua bulan sebelum terjadinya
Perang Mu’ tah. Kisah masuk Islamnya Khalid bin Walid bermula setelah
adanya Perjanjian Hudaibiyah, dimana saudaranya Walid bin Walid masuk
Islam. Ketika Rasulullah masuk kota Makkah untuk melakukan Umrah yang
tertunda, beliau bertanya kepada Walid mengenai saudaranya Khalid,
“Dimana Khalid?” Walid menjawab, “Allah akan membawanya datang ke sini.”
Lalu Nabi berkata, “Tidak ada orang
seperti dia yang jahil terhadap Islam. Jika dia menjadikan kebenciannya
bersama kaum muslimin terhadap kaum musyrikin, maka itu lebih baik
baginya, dan sungguh kita akan mengutamakan dia dari pada yang lain.”
Mendengar
kata-kata Rasulullah, Walid lalu bergegas keluar mencari saudaranya.
Namun dia tidak mendapatinya. Maka kemudian dia meninggalkan surat untuk
saudaranya. Dalam surat itu Walid menulis, “Bismillahirrahmanirrahim… Sungguh
tidak ada yang membuatku lebih heran dari pada hilangnya pendapatmu
mengenai Islam, padahal pemikiran Islam adalah pemikiranmu. Dan
seseorang tidak akan menjadi bodoh karena agama seperti Islam!
Rasulullah telah bertanya kepadaku mengenaimu Beliau bertanya, ‘Dimana
Khalid?’
Lalu Walid menuturkan perkataan Nabi
setelah itu dia berkata kepada Khalid, ‘Kejarlah wahai saudaraku apa
yang engkau telah tertinggal, engkau telah ditinggalkan oleh
tempat-tempat yang baik.'” Khalid terus-menerus berfikir tentang Islam,
maka ketika dia membaca surat dari saudaranya, dia merasa sangat
bahagia, dan dia juga mengagumi perkataan Rasulullah, oleh karena itu
kemudian dia memberanikan diri masuk Islam.[1]
Mimpi
Khalid bermimpi seolah-olah dia berada
di negeri yang sempit dan tandus, lalu dia keluar menuju negeri yang
hijau dan luas, dia berkata dalam hati, “Sungguh ini hanyalah mimpi.”
Ketika datang di Madinah, dia menceritakan mimpinya kepada Abu Bakar
Ash-Shiddiq , “Itu adalah jalan keluar yang telah ditunjukkan Allah
kepadamu menuju Islam, dan kesempitan yang engkau rasakan akibat dari
kesyirikan.”[2]
Masuk Islam
Khalid bercerita tentang perjalanannya
dari Makkah ke Madinah, “Aku ingin mendapatkan orang yang akan kujadikan
teman. Lalu aku berjumpa dengan Usman bin Thalhah, dan kukatakan
kepadanya apa yang aku inginkan, lalu dia menjawab dengan cepat.
Kemudian kami semua keluar dengan melakukan perjalanan malam hari secara
rahasia. Ketika kami tiba di tanah yang datar, tiba-tiba muncul Amr bin
Ash, sembari berkata, “Selamat datang.” Kami lalu menjawab, “Selamat
datang juga.” “Kemana tujuan perjalanan kalian wahai orang-orang gila?”
Tanya Amr. Lalu kami menceritakan tujuan perjalanan kami. Kemudian dia
juga menceritakan tujuan perjalanannya. Ternyata dia ingin bertemu Nabi
untuk masuk Islam. Kemudian dia menemani kami sampai tiba di Madinah
pada permulaan bulan Shafar, tahun delapan Hijriyah.”
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kedatangan mereka, beliau berkata kepada para sahabatnya, “Makkah telah mengirimi kalian dengan orang terbaiknya.” Khalid
bercerita, “Ketika aku bertemu Rasulullah aku sampaikan kepada beliau
salam kenabian, lalu beliau menjawab salamku dengan wajah ceria, maka
aku sudah masuk Islam dan bersaksi dengan kalimah syahadah. Kemudian
Rasulullah berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memberimu
hidayah, aku telah melihatmu memiliki akal, dan aku telah berdoa
kepada-Nya agar tidak mengislamkanmu kecuali hanya untuk kebaikan.” Lalu
aku berbaiat kepada Rasulullah sembari berkata, “Mohonkanlah ampun
untukku atas semua yang telah aku lakukan karena berpaling dari jalan
Allah.” Beliau menjawab, “Islam menghapus apa yang telah terjadi sebelumnya.” Lalu aku berkata lagi, “Wahai Rasulullah, Mohonkan ampun untukku.” Kemudia Beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah Khalid bin Walid atas semua yang telah dia lakukan karena berpaling dari jalan-Mu.” Setelah
itu Amr bin Ash dan Usman bin Thalhah maju. Keduanya masuk Islam dan
berbaiat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.[3]
Rasulullah bersabda mengenai Khalid, “Sebaik-baik hamba Allah adalah Khalid bin Walid. Dia adalah salah satu dari pedang Allah.” [4]
Bersambung Insya Allah..
Foot Note:
[1] Lihat: Ibnu Katsir, Sirah Nabawiyah (3/451), dan Al-Baihaqi, Dalail An‑ Nubuwwah (4/350).
[2] Lihat: Ibnu Katsir, Sirah Nabawiyah (3/451), dan Al-Baihaqi, Dalail an‑Nubuwwah (4/350)
[3] Lihat: Ibnu Katsir, Sirah Nabawiyah (3/453) dan Baihaqi, Dalail An–Nubuwwah (4/351)
[4] Tirmidzi (3846). Dia berkata, “Ini hadits Hasan.”
Sumber: Dikutip dari ‘Para Penakluk
Muslim Yang Tak Terlupakan’, Tamir Badar, Pengantar: Dr.Raghib As
Sirjani, Penerbit al Kautsar
Artikel: www.KisahIslam.net
Komentar
Posting Komentar